• Beranda
  • Berita
  • Psikolog soroti penting sosialisasi kesehatan mental di akar rumput

Psikolog soroti penting sosialisasi kesehatan mental di akar rumput

10 Oktober 2022 14:21 WIB
Psikolog soroti penting sosialisasi kesehatan mental di akar rumput
Nena Mawar Sari.,Psikolog Cht (Foto Antara/Made Adnyana/2019)

Kesehatan mental itu sebaiknya dari bawah tidak langsung dari psikolog dan psikiater

Sosialisasi terkait pentingnya kesehatan mental dapat dimulai dari akar rumput seperti di komunitas kecil atau tingkat desa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, kata psikolog klinis remaja dewasa Nena Mawar Sari.

"Jadi masalah kesehatan mental itu sebaiknya memang dari bawah ya tidak bisa langsung dari psikolog dan psikiater," ujar psikolog klinis RSUD Wangaya Bali, Nena Mawar Sari, ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Senin.

Dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2022, yang diperingati setiap 10 Oktober, dia mengatakan bahwa sosialisasi dapat dilakukan mulai dari komunitas kecil seperti kelompok arisan PKK yang dapat mengundang psikolog untuk melakukan sosialisasi terkait isu kesehatan mental.

Materi yang dibahas dapat yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti isu depresi, kesulitan tidur, kekerasan terhadap anak dan lain sebagainya.

Baca juga: Wamenkes: Pemberdayaan masyarakat untuk atasi masalah kesehatan jiwa

Baca juga: Psikiater: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia momen edukasi kesehatan mental


Sosialisasi juga dapat dilakukan dimulai dari tingkat sekolah dengan memasukkan pembahasan soal bahaya perundungan atau dapat dilakukan di acara-acara perangkat desa.

Bahasa yang digunakan juga dapat tidak menggunakan istilah medis jika sosialisasi dilakukan menyasar masyarakat awam.

"Jadi materi-materi yang sangat menyentuh dari bawah, tidak usah pakai bahasa-bahasa medis," tuturnya.

Sosialisasi juga dapat dilakukan menggunakan media sosial untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat umum akan isu kesehatan mental, mengingat masih ada stigma terhadap penderitanya.

"Untuk mereka yang tidak bisa mengakses kenapa tidak dimulai dari RT/RW dulu, misalnya bahwa bullying itu tidak boleh atau tidak boleh memukul anak," jelasnya.

Langkah selanjutnya, katanya, memastikan akses kesehatan mental yang bisa dijangkau masyarakat umum seperti yang berada di puskesmas.

Baca juga: Kemenkes: Tindakan melukai diri perlu ditanggung BPJS Kesehatan

Baca juga: Kemenkes: 4.304 orang dengan gangguan jiwa terdeteksi dipasung

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022