"Kehadiran keluarga secara utuh menjadi sangat strategis untuk menghindarkan stunting di masyarakat," kata Tuty dalam diskusi bertajuk "Bersinergi bersama Tim Penggerak PKK Provinsi DKI Jakarta dalam Mencegah dan Mengatasi Stunting" yang digelar daring diikuti dari Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, kehadiran keluarga sangat penting karena stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor kurangnya gizi kronik dan ekonomi saja, tapi juga oleh faktor pola pengasuhan yang salah.
Untuk itu, Tuty mengatakan bahwa keluarga terutama orang tua harus memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai stunting dan melakukan berbagai upaya untuk mencegahnya.
Dalam hal ini, menurut dia, peran kader-kader kesehatan serta pengelola ruang publik terpadu ramah anak (RTPRA) harus berkontribusi untuk melakukan edukasi dan pendampingan kepada keluarga.
Tuty mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta saat ini terus berjuang dengan berkolaborasi bersama seluruh pemangku kebijakan terkait untuk mengatasi dan mempercepat upaya penurunan angka stunting hingga 14 persen sesuai target nasional. Di DKI Jakarta sendiri, ujar dia, prevalensi stunting berada di angka 16,8 persen.
"Masih tersedia ruang untuk kita mengikhtiarkan bersama-sama, berupaya untuk melakukan percepatan (penurunan stunting) ini. Di tahun 2024 kita ditargetkan 14 persen, jadi harus ada 2,8 persen penurunan dalam dua tahun, mudah-mudahan kita bisa mengikhtiarkannya," ujar Tuty.
"Kader-kader, pengelola RTPRA, tentu sudah bekerja keras menjadi bagian penting dalam mengurangi stunting. Mari kita terus berjuang bersama untuk mencari cara paling tepat, cara paling efektif, untuk mempercepat penurunan stunting di Provinsi DKI Jakarta," katanya.
Baca juga: KSP: RI berperan penting bentuk tatanan global yang resilien lewat G20
Baca juga: Kelahiran bayi stunting baru berdampak pada 20 tahun kemudian
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022