Achsanul mengatakan penerapan sistem bubble ini dapat merugikan sejumlah klub, terutama tim yang seharusnya menjadi tuan rumah pada putaran pertama.
Pria asal Sumenep itu mencontohkan laga Persija Jakarta kontra Persib Bandung pada putaran pertama akan terimbas sistem bubble to bubble, di mana pada putaran kedua Persija Jakarta akan main melawan Persib Bandung di kandangnya sendiri.
"Jika (memutuskan kompetisi) sistem bubble, lakukan saja sampai kompetisi selesai. Karena, jika gonta-ganti sistem tidak akan adil," ungkap Achsanul, dikutip dari situs resmi klub, Senin.
Baca juga: Sejumlah klub sayangkan rekomendasi pembekuan sepak bola
Ia meminta meminta agar PT Liga Indonesia Baru (LIB) harus percaya diri mengajukan kompetisi kepada pemerintah agar tidak berubah-ubah, seperti konsisten menerapkan sistem bubble to bubble atau tetap home away.
Diketahui beberapa waktu lalu PT LIB sebagai operator kompetisi Liga 1 2022-2023 mewacanakan kompetisi akan segera dilanjutkan dengan merencanakan kompetisi tersebut kembali ke sistem bubble to bubble.
Sistem tersebut pernah digunakan pada musim 2021-2022 sepanjang kompetisi, dengan dibagi menjadi enam seri. Sehingga, sejak pekan pertama hingga pekan ketiga tidak mengalami perubahan sistem.
Selain itu, bubble to bubble merupakan sistem yang digunakan untuk sentralisasi pertandingan di daerah tertentu. Seperti musim kemarin, dipusatkan di Jabodetabek dan Bandung, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan terakhir Bali.
Berbeda dengan rencana untuk kelanjutan Liga 1 2022-2023. Kompetisi akan digelar dengan sistem bubble to bubble khusus putaran pertama atau selama enam pekan. Karena, kompetisi baru berjalan 11 pekan. Bahkan belum tuntas sepenuhnya.
Baca juga: Madura United pulangkan pelatih dan pemain asing
Pewarta: Aldi Sultan
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022