"Mengetahui HIV itu lebih penting, umur bisa lebih panjang, kualitas hidup lebih baik karena tidak sempat mengalami infeksi oportunistik dan tidak akan menjadi AIDS," ujar lulusan Universitas Indonesia itu dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut, Prof. Heru menjelaskan HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Beberapa gejala umum yang kerap muncul pada penderita HIV adalah demam berkepanjangan, nyeri otot, sakit tenggorokan, ruam, mudah lelah, berat badan menurun secara drastis terus menerus, kemunculan bercak-bercak putih pada lidah hingga diare panjang.
Baca juga: Kemenkes: Sebanyak 12.553 anak usia di bawah 14 tahun terinfeksi HIV
Menurut Prof. Heru, masih banyak masyarakat yang tidak berani untuk memeriksa darah untuk mengetahui kemungkinan adanya HIV. Adanya deteksi dini terhadap HIV dapat mencegah penularan terhadap orang-orang di sekitar.
"Kalau tahu dari awal akan lebih baik. Kadang-kadang kita butuh 6-7 tahun baru gejala muncul. Insya Allah tidak akan meninggal dan bahkan kalau ketahuan dari awal bisa berkeluarga, bisa punya anak makanya kita kendalikan," katanya.
Prof. Heru juga mengatakan wanita yang sedang merencanakan kehamilan sebaiknya melakukan pemeriksaan darah untuk HIV sehingga jika memang ditemukan adanya virus bisa dicegah agar tidak menular terhadap bayinya.
Penularan HIV bisa terjadi melalui transfusi darah, cairan mani atau sperma, cairan vagina dan ASI. Selain itu, bergantian jarum suntik hingga hubungan sesama jenis juga dapat menyebabkan HIV.
"Transfusi darah itu sangat besar penularannya 90 persen, hubungan seksual yang tidak aman, homoseksual, tusukan jarum nah ini petugas kesehatan juga berisiko ya kemungkinan kenanya 1:1.000," ujar Prof. Heru.
"Penularan dari ibu dan anak juga tinggi makanya sebelum hamil periksa dulu, waktu melahirkan makanya disarankan sesar bagi yang sudah HIV dan menyusui," lanjutnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus baru HIV tahun 2021 sebanyak 36.902. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 48.300 kasus dengan usia rata-rata 25-49 tahun.
Baca juga: Kemenkes: Keterlibatan tokoh agama dan jarkom penting cegah HIV
Baca juga: Kemenkes: Skrining HIV membaik namun pengobatan masih rendah
Baca juga: Waspada demam tak beralasan diikuti diare sebagai tanda tertular HIV
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022