Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan bahwa percepatan pemberian dosis booster pada lansia tergantung dari komunikasi dan tindakan cepat membawa lansia ke fasilitas kesehatan untuk divaksinasi.
“Jadi penting sekali membangun komunikasi risiko untuk mengajak orang tua. Biasanya yang mengajak bukan hanya sesama orang tua, tapi justru anak-anaknya yang memang sayang dengan orang tuanya,” kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin.
Syahril menuturkan bahwa capaian, baik booster pertama, maupun booster kedua bagi lansia sampai saat ini masih rendah. Padahal seharusnya, sejak Presiden RI Joko Widodo disuntik secara langsung pada Kamis (24/11) dapat dijadikan sebagai momentum mendongkrak capaian booster pada lansia.
Padahal penyediaan layanan yang gratis bagi masyarakat untuk bisa mengakses vaksinasi booster, merupakan bentuk kehadiran negara untuk memberikan tameng bagi lansia supaya bisa memiliki imunitas yang tinggi.
Baca juga: Reisa: Vaksinasi booster kedua lansia ikhtiar akhiri pandemi COVID-19
Baca juga: Dinkes Yogyakarta layani vaksinasi booster kedua lansia di puskesmas
“Seluruh lansia itu harus booster pertama dulu, baru kedua, karena memang mereka ini adalah orang yang rentan yang tentu saja memerlukan perhatian kita bersama untuk kita lindungi,” kata Syahril.
Dia mengingatkan bahwa saat ini kondisi di rumah sakit banyak dipenuhi oleh orang-orang yang belum divaksinasi. Bahkan jumlah pasien yang mengisi tempat tidur dengan kondisi belum booster mencapai sekitar 70 persen.
“Bagi mereka yang tidak divaksinasi, ya, risiko masuk rumah sakit lebih tinggi, yang kedua yang meninggal dari dia dirawat itu juga sekitar 70 persen belum divaksinasi dan juga belum di booster. Data dari penelitian kita itu ada 60 persen yang dirawat berusia lanjut,” ujar Syahril.
Dengan demikian, Syahril berharap semua keluarga dapat segera memberikan proteksi pada para lansia melalui vaksinasi.
Terlebih saat ini antibodi sangat perlu lebih ditingkatkan karena terjadi kenaikan kasus positif yang terjadi akibat XBB dan BQ.1 yang telah mendominasi semua varian COVID-19 di Indonesia.
“Mudah-mudahan kasus ini semakin terkendali tentu saja dengan syarat kita masih pandemi COVID-19,” katanya.
Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro menambahkan bagi keluarga yang takut untuk membawa lansia ke faskes karena memiliki komorbid, disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter pribadi atau spesialis terlebih dahulu.
Hal tersebut dilakukan supaya, kondisi kesehatan lansia dapat lebih dipastikan. Bila komorbid pasien kambuh, maka perlu menunggu sampai keadaannya jauh lebih baik. Namun, bila sehat dan sanggup untuk divaksinasi, Reisa meminta keluarga untuk melakukannya sesegera mungkin.
Hal tersebut bertujuan agar lansia tetap berada dalam kondisi yang terlindungi selama pandemi COVID-19 belum usai.
“Jadi segera lengkapi vaksinasi karena itu sudah terbukti bisa menekan penularan mengurangi risiko pemburukan dan juga kematian,” ujarnya.*
Baca juga: Kemenko: Lansia dengan komorbid perlu segera dapatkan booster kedua
Baca juga: Sudin Kesehatan Jakpus imbau warga lansia segera vaksin booster kedua
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022