• Beranda
  • Berita
  • Retorika "hawkish" Fed gagal angkat dolar di awal sesi Asia

Retorika "hawkish" Fed gagal angkat dolar di awal sesi Asia

5 Januari 2023 09:32 WIB
Retorika "hawkish" Fed gagal angkat dolar di awal sesi Asia
Petugas jasa penukaran uang asing Valuta Artha Mas menghitung pecahan 100 dolar AS di ITC Kuningan, Jakarta, Rabu (28/2). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/pri. (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)
Dolar berjuang untuk naik di awal sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi, meskipun pembuat kebijakan Federal Reserve menegaskan kembali komitmen mereka bulan lalu untuk memerangi inflasi, sementara Aussie menguat setelah China melonggarkan pembatasan impor batu bara Australia.

Risalah pertemuan kebijakan Fed Desember yang dirilis semalam menunjukkan bahwa sementara para pejabat setuju bahwa bank sentral harus memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif, mereka tetap fokus pada pengendalian inflasi, dan khawatir tentang "salah persepsi" di pasar keuangan bahwa komitmen mereka sedang lesu.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari juga mengatakan pada Rabu (4/1/2023) bahwa dia memperkirakan target suku bunga Fed memuncak pada 5,4 persen, lebih tinggi dari ekspektasi pasar saat ini sedikit di bawah 5,0 persen.

Namun, itu gagal memberi dorongan pada mata uang AS, yang turun 1,4 persen terhadap dolar Kanada semalam.

Sterling terakhir stabil di 1,2062 dolar, setelah naik 0,76 persen terhadap dolar di sesi sebelumnya, sementara euro menguat 0,19 persen menjadi 1,0624 dolar, menyusul kenaikan lebih dari 0,5 persen semalam.

"Dari sudut pandang Fed, sangat, sangat prematur untuk memikirkan penurunan suku bunga pada tahun 2023, yang jelas masih diharapkan oleh pasar," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.

Baca juga: Dolar pertahankan kerugian karena risalah Fed gagal mengejutkan pasar

Data ekonomi yang dirilis pada Rabu (4/1/2023) mengungkapkan bahwa lowongan pekerjaan AS turun kurang dari yang diharapkan pada November, meskipun survei dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur AS mengalami kontraksi lagi pada Desember.

"Menuju data penggajian pada Jumat (6/1/2022), pesannya masih bahwa pasar tenaga kerja tetap sehat," kata Attrill.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS turun 0,14 persen menjadi 104,06, setelah tergelincir 0,5 persen pada Rabu (4/1/2023).

Dolar Australia menguat 1,7 persen semalam di tengah berita bahwa perencana negara China telah mengizinkan tiga utilitas yang didukung pemerintah pusat dan pembuat baja utamanya untuk melanjutkan impor batu bara dari Australia, menandai langkah pertama sejak Beijing memberlakukan larangan tidak resmi perdagangan batu bara dengan Canberra pada 2020.

Aussie terakhir stabil di 0,6835 dolar AS, sedangkan kiwi naik 0,11 persen menjadi 0,6298 dolar AS, setelah menguat 0,7 persen di sesi sebelumnya.

"Dolar Australia jelas diuntungkan dari cerita batu bara," kata Attrill dari NAB, menambahkan bahwa sebagian besar mata uang komoditas lainnya juga mendapat dukungan.

Yen Jepang naik 0,5 persen menjadi 131,97 per dolar pada Kamis pagi, membalikkan penurunan 1,2 persen semalam, karena para pedagang bertaruh bahwa bank sentral Jepang akan segera sepenuhnya meninggalkan kontrol kurva imbal hasil yang kontroversial.

Baca juga: Fed ingin fleksibilitas pada suku bunga saat inflasi tetap jadi fokus

Baca juga: Wall St ditutup menguat setelah risalah Fed konfirmasi fokus inflasi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023