• Beranda
  • Berita
  • Operasi modifikasi cuaca di Jawa Tengah dan Jawa Timur diperpanjang

Operasi modifikasi cuaca di Jawa Tengah dan Jawa Timur diperpanjang

9 Januari 2023 20:00 WIB
Operasi modifikasi cuaca di Jawa Tengah dan Jawa Timur diperpanjang
Arsip Foto. Petugas memasukkan garam ke dalam pesawat saat mempersiapkan pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Skadron Udara 2 Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/12/2022). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww)
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa operasi penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur diperpanjang hingga 16 Januari 2023.

Operasi penerapan TMC di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dimulai pada 1 Januari 2023 dan sedianya diakhiri pada 10 Januari 2023, tetapi diperpanjang karena cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di dua wilayah itu.

"Setelah kawasan Jabodetabek, operasi TMC dilanjutkan ke Jateng dan Jawa Timur dan akan diperpanjang hingga satu pekan ke depan karena cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di wilayah tersebut," kata Dwikorita di Jakarta, Senin.

Dalam operasi penerapan TMC, ia menjelaskan, penebaran NaCl atau garam dilakukan menggunakan Pesawat Cassa 212 dari Skadron Udara 4 Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdulrachman Saleh Malang dan pesawat CN-295 dari Skadron Udara 2 Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta.

Penebaran garam antara lain dilakukan di atas Selat Sunda, Laut Jawa, perairan selatan Jawa, pesisir utara Brebes, bagian selatan Purworejo, pesisir Yogyakarta, serta bagian utara Rembang dan Tuban.

"Yang menjadi target buruan dalam operasi TMC adalah awan-awan hujan cumulus. Garam disemai bertujuan untuk mempercepat proses hujan, agar segera terjadi sebelum memasuki Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Dwikorita.

"Dengan bantuan radar, awan-awan yang terpantau banyak membawa uap air dari laut dan bergerak menuju wilayah Jateng dan Jatim serta dinilai berpotensi menjadi hujan terlebih dahulu dicegat jauh-jauh dari wilayah target," ia menambahkan.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan bahwa meskipun TMC telah digunakan untuk meminimalkan risiko cuaca ekstrem, pemerintah dan masyarakat harus tetap siap siaga menghadapi kemungkinan terjadi bencana hidrometeorologi.

Menurut dia, kesiapsiagaan tetap diperlukan karena sebagian besar wilayah Indonesia memasuki masa puncak musim penghujan sepanjang Desember 2022 hingga Januari 2023.

"Kepada masyarakat kami imbau untuk tetap waspada. Juga para nelayan agar mewaspadai gelombang tinggi dan tidak memaksakan untuk melaut jika cuaca sedang buruk," katanya.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Rajab menjelaskan bahwa operasi TMC yang dilaksanakan BMKG bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan TNI Angkatan Udara bukan untuk meniadakan hujan, melainkan mengupayakan redistribusi curah hujan secara spasial maupun temporal.

Dia mengatakan bahwa pemerintah berencana memperluas cakupan operasi penerapan teknologi modifikasi cuaca hingga ke wilayah provinsi di luar Pulau Jawa.

"Setelah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tidak menutup kemungkinan operasi TMC akan diperluas ke beberapa provinsi lainnya. Dalam waktu dekat operasi TMC juga rencananya akan digelar di Sulawesi Selatan," katanya.

Baca juga:
BPBD Banten terus pantau penerapan modifikasi cuaca
BNPB fasilitasi operasi TMC di sejumlah wilayah jelang Tahun Baru 2023

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023