Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui akun Instagram membagikan tips mengenali perbedaan krim racikan dokter dengan skincare pada umumnya, agar terhindar dari pembelian krim racikan abal-abal.
Dalam unggahan yang dipantau di Jakarta, Sabtu, BPOM menuliskan ciri krim racikan dokter adalah diperoleh dengan resep, beretiket biru sarana pelayanan kefarmasian dengan informasi dan petunjuk penggunaan, dan memiliki batas waktu penggunaan 35 hari setelah diracik di bawah pengawasan dokter.
Selain itu, obat racikan dokter juga merupakan obat keras dan mengandung bahan obat seperti hidrokinon, Tretinoin dan steroid serta bahan lainnya. Meskipun termasuk obat keras, krim racikan dokter ini tidak memerlukan izin edar BPOM.
Sementara untuk krim perawatan muka pada umumnya, termasuk dalam jenis kosmetika yang diproduksi di industri kosmetik dan dijual bebas sesuai ketentuan. Label dalam kemasan berisi informasi produk termasuk tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa, dan perusahaan produsen maupun importir.
Sementara untuk krim perawatan muka pada umumnya, termasuk dalam jenis kosmetika yang diproduksi di industri kosmetik dan dijual bebas sesuai ketentuan. Label dalam kemasan berisi informasi produk termasuk tanggal produksi, tanggal kedaluwarsa, dan perusahaan produsen maupun importir.
Krim skincare pada umumnya pun kebanyakan tidak mengandung obat dan memiliki izin edar BPOM seperti NA, NB, NC, ND, NE ditambah 11 digit angka nomor izin edar.
BPOM juga memastikan konsumen memakai produk yang telah terdaftar resmi dan tidak terobsesi dengan kulit putih yang cepat namun yang terpenting kulit yang sehat.
Baca juga: Industri dukung literasi konsumen terhadap produk olahan
Baca juga: Krim racikan hanya bisa didapat dari resep dan sesuai kondisi kulit
Baca juga: Mengenal "sodium cocoyl isethionate" sebagai pembersih kulit
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023