Peneliti Utama obat herbal asam urat IPB University Profesor Dyah Iswantini Pradono dalam sambutannya menjelaskan bahwa produk obat herbal asam urat BioLuric yang kini telah mendapat izin edar D3 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki perjalanan penelitian yang panjang.
"Penelitian obat asam urat dari hasil keanekaragaman hayati Indonesia ini cukup panjang sejak 2023, hingga sekarang telah berhasil memenuhi standar BPOM dan dapat dijual di pasaran," ungkap Dyah.
Dalam peluncuran obat asam urat berbahan baku asli Indonesia itu dihadiri langsung Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito, Rektor IPB Arif Satria, wakil rektor, dekan dan para peneliti pendukung obat tersebut.
Menurut Dyah, luncur-nya BioLuric dapat membuat mata rantai kesehatan dan ekonomi Indonesia semakin maju. Bahan-bahan dalam obat asam urat herbal itu berasal tanaman sidaguri, seledri dan tempuyung telah dibudidayakan dengan standar yang baik.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mampu menjadi bahan obat asam urat setara dengan bahan obat yang biasa dipakai selama ini berasal dari impor.
Baca juga: IPB dukung Perpres Sertifikasi Halal meluas bukan hanya untuk makanan
Baca juga: IPB miliki 107 varietas unggul padi dan tanaman pengganti gandum
Dengan begitu, para petani tanaman itu akan semakin berkembang dan bersemangat menanam, para peneliti mendapat royalti, produsen obat mendapat untung dan masyarakat mendapat manfaat kesehatan dari alam sendiri.
Rektor IPB Arif Satria menyatakan bahwa inovasi obat herbal asam urat yang berhasil berstandar BPOM menunjukkan sumber keanekaragaman hayati Indonesia cukup tinggi dan mampu mengurasi ketergantungan bahan obat yang 90 persen berasal dari luar negeri.
"Alhamdulillah hari ini BioLuric produk inovasi bu Dyah Iswantini, Guru Besar di Departemen Kimia FMIPA hari ini kita luncurkan dan telah dapat izin edar dari BPOM. Tentu kami senang sekali ibu Penny Lukito hadiri sendiri menyaksikan dan kita akan terus perkuat kerja sama dengan BPOM untuk percepatan peningkatan status," ucap Arif.
Arif menuturkan, status produk-produk dari IPB yang saat ini masih berstatus jamu, melalui kerja sama dengan BPOM diharapkan dapat ditingkatkan menjadi obat herbal berstandarisasi, kemudian naik menjadi Fitofarmaka.
Oleh karena itu, kata Rektor IPB itu, ke depan riset IPB yang berkaitan dengan kesehatan akan difokuskan pada percepatan itu. Percepatan peningkatan jumlah variasi jumlah obat-obatan yang bisa dihasilkan oleh IPB, karena saat ini obat-obatan di Indonesia mayoritas masih impor.
Menurutnya, Indonesia perlu terus memperkuat kedaulatan di bidang kesehatan melalui obat-obat herbal.
"Oleh karena itu, BPOM menjadi signifikan untuk mendampingi kita dalam rangka meningkatkan kualitas dan status herbal tersebut. Sehingga apa, obat herbal bisa semakin banyak, semakin dikonsumsi oleh masyarakat kita, ketergantungan pada impor semakin menurun," tutur dia.
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023