• Beranda
  • Berita
  • Superbank fokus kembangkan bisnis di sektor UMKM dan ritel

Superbank fokus kembangkan bisnis di sektor UMKM dan ritel

5 April 2023 21:20 WIB
Superbank fokus kembangkan bisnis di sektor UMKM dan ritel
Chief Business Officer Superbank Sukiwan saat sedang memaparkan data dalam acara workshop “Geliat Perbankan Digital Indonesia: Dampak, Potensi & Tantangan” di Jakarta, Rabu (5/4/2023) (ANTARA/Bayu Saputra)

Dua pertiga populasi kita itu milenial, lalu UMKM kita itu 63 juta. Kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi ini yang penting

Bank digital Superbank fokus mengembangkan bisnis di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan ritel sekaligus membantu mendorong laju pertumbuhan ekonomi domestik.

“Ketika UMKM ini bisa kita tingkatkan, maka ekonomi kita bisa maju bertingkat-tingkat. Karena kalau di segmentasi selain ini, belanjanya, investasinya udah gede, jadi tidak akan membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Chief Business Officer Superbank Sukiwan di Jakarta, Rabu.

Sukiwan memaparkan data tentang besarnya pasar ritel dan UMKM berbasis digital di Indonesia. Tercatat, sebesar 63 juta dari total populasi masyarakat Indonesia pada 2021 merupakan penggiat bisnis UMKM.

“Sebanyak 72 persen sudah punya smartphone, terutama di kota besar. Dua pertiga populasi kita itu milenial, lalu UMKM kita itu 63 juta. Kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi ini yang penting,” ujar Sukiwan.

Dalam acara workshop “Geliat Perbankan Digital Indonesia: Dampak, Potensi & Tantangan”, Sukiwan menjelaskan, saat ini terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, sekaligus diselesaikan oleh Superbank beserta bank digital lainnya.

Pertama, banyak masyarakat Indonesia yang masih kesulitan untuk mengatur keuangan. Dua faktor utama yang mempengaruhi yakni kurangnya kedisiplinan menabung, serta tidak adanya pemisah antara keuangan personal dengan bisnis.

Kedua, masih banyaknya masyarakat Indonesia yang mempunyai kesulitan untuk mengakses pinjaman. Tantangan itu dikarenakan pendapatan masyarakat yang fluktuatif, tidak lengkapnya dokumentasi, serta proses pengajuan pinjaman yang sulit.

“Harusnya masyarakat kita mempunyai akses pinjaman yang tepat. Sesuai dengan kemampuannya, dan juga sesuai biayanya,” tambah Sukiwan.

Ketiga, gambaran bank yang tidak bersahabat di mata masyarakat. Tantangan tersebut utamanya dikarenakan eksposur bank yang masih dianggap sebagai institusi dengan bunga pinjaman tinggi serta bunga tabungan yang rendah.

“Persepsi itu sesuatu yang harus dibentuk dari waktu ke waktu. Dan sayangnya di masyarakat saat ini, bank dilihat sebagai organisasi yang tidak bersahabat. Nah, ini yang jadi satu misi penting,” kata Sukiwan.

Oleh karena itu, Sukiwan melanjutkan, Superbank hadir dalam bentuk bank digital untuk memberikan solusi inovatif, khususnya bagi konsumen ritel dan UMKM, serta menjaring kolaborasi melalui ekosistem yang luas.

Bagi Superbank, ekosistem merupakan salah satu faktor kunci untuk penetrasi pasar. Superbank mencoba membangun ekosistem yang mencakup integrasi dengan bisnis konsumen lainnya, biaya akuisisi pelanggan yang rendah, serta tingkat retensi dan keterlibatan yang tinggi.

“Kita mau hadir ke customer untuk menjadikan mereka super, kita mau hadir untuk menjadikan teman super bagi mereka, memaksimalkan potensi dari mereka. So that's the whole thing yang kita mau lakukan. Kita bermain di ekosistem, dan salah satu shareholder kita adalah Grab,” pungkas Sukiwan.

PT Super Bank Indonesia (Superbank) sendiri adalah merek baru yang menggantikan PT Bank Fama Internasional. Superbank merupakan bank dengan layanan digital.

Baca juga: Lima alasan keunggulan dalam menggunakan bank digital
Baca juga: ASEANBAC, Menkeu-Gubernur Bank Sentral ASEAN dorong ekonomi digital

Baca juga: Aplikasi bank kini bisa untuk atur alokasi dana

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023