"Hujan deras melanda wilayah ini sejak siang. Jembatan ambruk total alias terpisah dengan daratan atau tepi sungai yang menjadi penyanggah karena dihantam arus deras sungai," kata Santi, warga Desa Upomela, yang mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.
Ia mengatakan, warga berharap ada pertolongan cepat untuk mengatasi jembatan ambruk mengingat ada 5 desa yang sangat mengandalkan jembatan tersebut sebagai penghubung.
Kendaraan roda dua dan empat benar-benar tidak dapat melewati jembatan ini lagi.
Baca juga: Polda Bali: Kelebihan beban penyebab jembatan ambruk di Nusa Penida
Baca juga: Polisi imbau warga Bengkulu tidak ke Lampung akibat jembatan ambruk
"Kami terisolir dan memerlukan bantuan mengingat sudah memasuki hari ke 15 Ramadhan. Aktivitas masyarakat sudah sangat tinggi sehingga akses jalan yang dapat menghubungkan desa ini dengan pusat kecamatan sangat diharapkan," kata Santi.
Sebelumnya pada 1 April 2023, jembatan Upomela sepanjang 6 meter tersebut, ambruk sekitar pukul 19.11 WITA akibat terjangan air Sungai Upomela.
Sekretaris Desa Upomela, Usman Dangkua, mengatakan masyarakat bergotong royong membangun jembatan darurat, namun hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan pejalan kaki.
Kali ini, jembatan tidak bisa lagi dilewati kendaraan roda dua. Bahkan pejalan kaki yang akan melintas, sangat beresiko akibat masih derasnya air sungai disertai curah hujan tinggi sehingga seluruh bagian jembatan dikhawatirkan terseret arus sungai.
"Kami melaporkan kondisi ini ke pemerintah kecamatan dan kabupaten untuk percepatan penanganan. Mengingat jembatan Upomela sangat diandalkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dari lima desa," katanya.*
Baca juga: Korban jembatan ambruk di Probolinggo diberi pendampingan psikologis
Baca juga: Satu jembatan runtuh dan ratusan rumah terendam di Kotawaringin Timur
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023