Jakarta News, (ANTARA News) - Bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia sebanyak dua ton untuk Palestina sedang diupayakan dapat mencapai Palestina dengan bantuan lembaga "Jordan Charity".
"Berdasarkan informasi terbaru dari Bachtiar Saleh, petugas di konsulat RI di Amman, Yordania, yang selama ini sudah punya akses dan mendapat izin Israel adalah 'Jordan Charity', sehingga kita sedang berunding untuk mekanisme teknis dan perizinan agar bantuan dari Indonesia bisa masuk," kata Kepala Pusat Pengendalian Krisis (PPK) Departemen Kesehatan (Depkes) dr Rustam S Pakaya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Hal itu dikemukakan saat ditanya mengenai perkembangan paling baru persiapan bantuan Indonesia kepada Palestina, di mana tim aju awal dari Indonesia dijadwalkan berangkat pada Kamis malam nanti, sekitar pukul 22.00 WIB.
Berdasarkan penelurusan di berbagai laman web, dalam program bantuan kemanusiaan di kawasan Lebanon dan Palestina, selama ini dikenal lembaga milik Kerajaan Yordania, "Jordan Hashemite Charity Organization" (JHCO).
Menurut Rustam, seluruh bantuan kemanusiaan kepada Palestina yang melalui pintu masuk Yordania hanya bisa masuk dengan izin Israel.
"Karena Indonesia tidak punya hubungan diplomatik, maka akses masuk untuk mengirim bantuan obat-obatan itu mesti diupayakan melalui lembaga yang sudah punya akses, dan itu adalah 'Jordan Charity'," katanya.
Dia mengemukakan ada harapan bagus karena Israel telah menunjukkan "sinyal hijau" untuk dapat mengizinkan bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia itu.
"Insya Allah dengan komunikasi intens antara konsulat kita di Amman, lembaga sosial Yordania, sinyal 'lampu hijau' bagi masuknya bantuan Indonesia bisa masuk ke Palestina," kata Rustam.
Hanya saja, kata dia, karena bantuan obat-obatan dari Indonesia itu dikategorikan sebagai "bukan darurat", maka prosedur yang harus dilalui adalah bantuan itu harus berada di Bandara Amman dulu selama tiga hari untuk pemeriksaan, dan setelah dinilai tidak bermasalah barulah dapat masuk.
"Karena prosedur dan pengaktegoriannya ditentukan pihak berwenang di sana, mau tidak mau mekanisme itu harus kita tempuh, karena tujuan paling utama adalah bantuan obat-obatan tersebut bisa sampai,"katanya.
Ditingkatkan
Bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia yang siap dikirimkan kepada Palestina,meningkat dari semula Rp2 miliar atau sekira 200 ribu dolar AS, menjadi lebih-kurang Rp10 miliar atau 1 juta dolar AS.
Rustam mengemukakan peningkatan jumlah bantuan itu adalah menyusul pertemuan pada hari Senin (29/12) antara pihak Indonesia dengan delegasi Palestina di Indonesia.
Dari Indonesia yang hadir adalah Rustam, Direktur Timur Tengah Deplu Aidil Chandra Salim, M.Kom, Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-c), dr Joserizal Jurnalis, SpOT, yang bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi.
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Palestina menjelaskan bahwa ada sekitar 1.300 lebih korban luka yang sangat membutuhkan pertolongan medis.
"Kondisi yang ada sungguh memprihatinkan. Dari sekitar 1.300-an lebih korban luka itu terdapat 800-an orang yang kritis, sedangkan rumah sakit (RS) yang ada di Gaza hanya tiga dengan tempat tidur terbatas, sehingga Palestina sangat membutuhkan bantuan layanan kesehatan itu," katanya.
Dalam situasi sekarang ini, kata dia, Palestina masih membutuhkan sekitar 300-an mobil ambulan, sedangkan yang ada saat ini hanya 60 ambulans.
"Dubes Palestina menyatakan bahwa kebutuhan bantuan sarana kesehatan itulah yang sangat mendesak," katanya.
Pada kesempatan itu, Dubes Palestina Fariz Mehdawi juga mengungkapkan kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi diantaranya dokter anestesi, peralatan medis, pasok obat dan makanan serta tenda.
Bantuan bidang kesehatan yang disumbangkan atas nama pemerintah Indonesia, diantaranya adalah pasok obat-obatan yang dibuat di Indonesia sekira dua ton senilai lebih-kurang Rp300 juta sedangkan uang tunai senilai Rp10 miliar akan dipakai untuk pengadaan obat-obatan yang akan dibeli di Mesir.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009