Humas Dinas Kesehatan Jember, Yumarlis, Jumat, mengatakan jumlah penderita DBD mulai meningkat seiring dengan musim hujan yang mengguyur di Kabupaten Jember.
"Biasanya keterlambatan pihak keluarga membawa pasien ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau rumah sakit membuat kondisi pasien terpuruk dan nyawanya tidak terselamatkan," tuturnya.
Menurut dia, daerah rawan DBD berada di kawasan perkotaan yang padat penduduk seperti Kecamatan Sumbersari, Patrang, dan Kaliwates, namun tidak menutup kemungkinan 31 kecamatan di Jember juga berpotensi terserang DBD.
"Kemungkinan kasus DBD akan terus bertambah karena curah hujan masih cukup tinggi di Jember, sehingga masyarakat harus mewaspadai penyakit yang ditularkan oleh nyamuk aedes agepty itu dengan menjaga kebersihan lingkungan," paparnya.
Ia mengimbau masyarakat melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan cara 3M yakni menutup, mengubur dan menimbun barang-barang yang tidak terpakai di sekitar lingkungan.
"Petugas Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Penyehatan Lingkungan (P2PPL) Dinas Kesehatan Jember juga telah melakukan fogging (pengasapan) di sejumlah wilayah yang warganya positif menderita DBD," katanya.
Yumarlis minta masyarakat mewaspadai gejala DB seperti demam tinggi selama tujuh hari, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian dan bintik-bintik merah pada kulit.
"Apabila ada warga yang mengalami gejala seperti itu, maka dia harus segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat, supaya dapat diobati lebih dini dan terhindar dari risiko kematian," ujarnya.
Data jumlah pasien DBD pada Januari 2013 di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember tercatat sebanyak 10 orang dan di Rumah Sakit Jember Klinik sebanyak 31 orang. (MSW)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013