Dalam laporan bulanannya untuk Juni, OPEC memperkirakan permintaan minyak China pada 2023 akan meningkat 840.000 barel per hari (bph) menjadi 15,7 juta bph. Pada proyeksinya bulan lalu, OPEC memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak China berada di angka 800.000 bph tahun ini.
"Di luar ekspektasi, permintaan minyak di China membukukan pertumbuhan 3 juta bph secara tahunan (year on year/yoy) pada April, menyusul pertumbuhan sehat sebesar 1,4 juta bph (yoy) pada Maret," bunyi laporan itu, seraya menyebutkan "aktivitas ekonomi yang sehat di tengah kebutuhan industri petrokimia yang kuat" di negara itu.
Namun, pengumuman terbaru dari OPEC+ ini belum memberikan dukungan yang berkelanjutan untuk harga minyak, dengan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah 70 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.865) per barel di tengah kekhawatiran terkait permintaan dan prospek ekonomi yang masih membayangi.
OPEC memproyeksikan permintaan minyak global tahun ini tetap stabil dan memprediksi pertumbuhan sebesar 2,3 juta bph (yoy).
Organisasi perminyakan itu mengungkapkan bahwa penyesuaian penurunan yang minor ditetapkan untuk permintaan minyak dari negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) karena "kinerja yang lemah pada kuartal kedua."
OPEC pada Selasa juga mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya sebesar 2,6 persen pada 2023 tidak berubah.
OPEC dan para mitranya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada 4 Juni lalu mengumumkan bahwa mereka akan mengintensifkan pengurangan produksi sepanjang tahun 2024 dengan memangkas 1,393 juta barel produksi minyak mentah setiap hari.
Sembilan anggota OPEC+ juga akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela saat ini sepanjang tahun 2024.
Namun, pengumuman terbaru dari OPEC+ ini belum memberikan dukungan yang berkelanjutan untuk harga minyak, dengan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah 70 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.865) per barel di tengah kekhawatiran terkait permintaan dan prospek ekonomi yang masih membayangi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023