• Beranda
  • Berita
  • SPTP lakukan peremajaan alat bongkar muat Terminal Petikemas

SPTP lakukan peremajaan alat bongkar muat Terminal Petikemas

4 Juli 2023 14:32 WIB
SPTP lakukan peremajaan alat bongkar muat Terminal Petikemas
Foto udara sejumlah tumpukan petikemas yang berada di Terminal Petikemas Surabaya (TPS), Surabaya, Jawa Timur. ANTARA/HO-TPS/aa.
Perusahaan layanan jasa terminal peti kemas PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) berencana melakukan peremajaan sejumlah alat bongkar muat di Terminal Petikemas Surabaya (TPS Surabaya) dan IPC TPK Area Panjang.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra dalam keterangannya di Surabaya, Selasa, mengatakan, peremajaan alat meliputi 4 unit QCC (quay container crane) atau alat bongkar muat peti kemas di dermaga dan 14 unit RTG (rubber tyred gantry) yang merupakan alat bongkar muat peti kemas di lapangan penumpukan untuk TPS Surabaya dan 1 unit QCC untuk IPC TPK Area Panjang.

"Alat tersebut akan menggantikan sejumlah peralatan yang saat ini digunakan untuk mendukung kegiatan operasional di masing-masing terminal peti kemas," katanya.

Widyaswendra mengatakan, peremajaan alat dilakukan perseroan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pelayanan terhadap pelanggan. Ukuran kapal yang singgah di TPS Surabaya dan IPC TPK Area Panjang semakin besar dengan jumlah muatan yang semakin banyak.

Baca juga: Terminal Petikemas Surabaya terapkan pembatasan truk

Menurut dia, kondisi tersebut membutuhkan peralatan bongkar muat peti kemas yang andal untuk menjaga produktivitas terminal peti kemas. Untuk pengadaan alat, PT Pelindo Terminal Petikemas menyiapkan dana sekitar 50 juta dollar AS untuk 5 unit QCC dan 38 juta dollar AS untuk 14 unit RTG.

"Pengadaan alat baru ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan di TPS Surabaya dan IPC TPK Area Panjang, nantinya kapal yang masuk ke terminal akan semakin besar. Kami selaku operator terminal harus siap dengan kondisi tersebut dengan melakukan peremajaan alat yang sesuai dengan kebutuhan bongkar muat kapal beberapa waktu ke depan," katanya.

Saat ini, lanjut dia, di TPS Surabaya terdapat 12 unit QCC dan 30 unit RTG yang digunakan untuk pelayanan kegiatan terminal peti kemas. Ia menyebut pengadaan alat baru nantinya akan menggantikan sebagian dari peralatan yang sudah ada saat ini.

Selanjutnya, peralatan lama yang ada di TPS Surabaya maupun IPC TPK Area Panjang akan digunakan untuk mendukung kebutuhan alat di terminal lain yang membutuhkan melalui program optimalisasi aset.

Disinggung mengenai kapan alat baru tersebut akan beroperasi, ia belum dapat memberikan kepastian waktu. Menurutnya dibutuhkan waktu kurang lebih 2-3 tahun dikarenakan membutuhkan waktu untuk proses pembuatan, pengiriman, hingga perakitan di terminal.

Baca juga: Terminal Petikemas Surabaya tekan biaya operasional Rp15 miliar

"Saat ini masih tahap awal lelang pengadaan barang dan jasa, proses hingga alat tersebut dapat beroperasi masih cukup panjang," ucapnya.

PT Pelindo Terminal Petikemas mencatat arus peti kemas di TPS Surabaya semester 1 tahun 2023 sebanyak 674.890 teus. Jumlah tersebut tumbuh sekitar 1 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang tercatat sebanyak 668.244 teus. Jumlah tersebut terdiri dari 644.770 teus peti kemas luar negeri (internasional) dan 30.120 peti kemas dalam negeri (domestik).

Ketua DPC Indonesian National Shipowners Association (INSA) Surabaya Stenvens Handry Lesawengen mengatakan, keberadaan alat baru sangat dibutuhkan di TPS Surabaya khususnya QCC.

Ia menyebut QCC yang ada di TPS Surabaya saat ini hanya dapat menjangkau 12 rows (susunan peti kemas mengikuti lebar kapal) sementara kapal-kapal yang datang akan semakin besar hingga 18 rows. Dengan keberadaan alat baru juga diharapkan dapat mendongkrak produktivitas bongkar muat peti kemas di terminal.

"Dibutuhkan QCC jenis Post Panamax, yang ada di TPS Surabaya saat masih tipe Panamax. Dari sisi usia alat juga sudah tepat jika dilakukan peremajaan dengan alat yang baru, karena alat yang sekarang ada sudah ada sejak awal TPS Surabaya berdiri kurang lebih 20 tahun lalu," kata Stenvens.


 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023