Dalam sebuah pernyataan, kelompok kebebasan jurnalis itu mengatakan bahwa konflik Israel-Palestina telah menyebabkan banyak jurnalis menjadi korban. Di antara korban tewas adalah 19 jurnalis Palestina, tiga jurnalis Israel, dan satu jurnalis Lebanon.
Selain itu, CPJ mencatat bahwa delapan jurnalis juga terluka sejak konflik dimulai, dan tidak ada informasi yang tersedia mengenai tiga jurnalis lainnya.
“CPJ juga sedang menyelidiki sejumlah laporan yang belum dikonfirmasi mengenai jurnalis lain yang terbunuh, hilang, ditahan, disakiti, atau diancam, dan kerusakan pada kantor media dan rumah jurnalis,” demikian pernyataan itu.
Koordinator CPJ Timur Tengah dan Afrika Utara Sherif Mansour mengatakan bahwa jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis, dan pihak-pihak yang bertikai tidak boleh menjadikan mereka sasaran.
“Jurnalis di seluruh kawasan melakukan pengorbanan besar untuk meliput konflik yang memilukan ini. Semua pihak harus mengambil langkah untuk memastikan keselamatan mereka,” ujar Mansour.
Konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas memulai "Operasi Badai Al-Aqsa" dengan menyusup dan melakukan serangan ke Israel dari darat, laut, dan udara.
Serangan maut itu merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan "Operasi Pedang Besi" di Jalur Gaza.
Hampir 6.500 korban tewas dalam konflik tersebut, termasuk sedikitnya 5.087 warga Palestina dan lebih dari 1.400 warga Israel, menurut angka resmi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: OANA angkat isu perlindungan jurnalis di Palestina
Baca juga: Israel tekan media di Jalur Gaza
Baca juga: Sebelas jurnalis gugur akibat agresi Israel di Gaza
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023