• Beranda
  • Berita
  • Wall Street anjlok dipicu aksi jual dan naiknya imbal hasil obligasi

Wall Street anjlok dipicu aksi jual dan naiknya imbal hasil obligasi

26 Oktober 2023 06:40 WIB
Wall Street anjlok dipicu aksi jual dan naiknya imbal hasil obligasi
Bursa saham Wall Street. (ANTARA/Reuters)
Indeks-indeks utama Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) dipicu aksi jual besar-besaran dan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS yang kembali menimbulkan kekhawatiran bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Indeks S&P 500 turun 60,91 poin atau 1,43 persen ke 4.186,77, Indeks Komposit Nasdaq melemah 318,65 poin atau 2,43 persen ke 12.821,22, dan Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 105,45 poin atau 0,32 persen ke 33.035,93.

"Laporan laba beragam dan itu menyebabkan beberapa masalah, tetapi masalah sebenarnya tetap pada imbal hasil (obligasi), yang tidak menunjukkan tanda-tanda melemah," kata kepala strategi pasar Carson Group Ryan Detrick di Omaha.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik mendekati level 5 persen setelah data penjualan rumah baru yang kuat dan tingkat suku bunga hipotek yang mencapai level tertinggi dalam 23 tahun, memicu kekhawatiran akan kenaikan suku bunga yang berkepanjangan.

Menurut Detrick, perekonomian AS terus menunjukkan kinerja yang kuat. Hal itu mungkin menjadi salah satu alasan utama mengapa imbal hasil tetap kuat seperti sebelumnya.

“Pasar obligasi sedang mengendus potensi perekonomian yang lebih baik di masa depan,” ujar Detrick.

Indeks S&P 500 mencatat penurunan harian kelima dalam enam hari dan ditutup di bawah level 4.200. Nasdaq Composite mengalami penurunan persentase dalam satu sesi terbesar sejak 21 Februari, dengan saham megacap yang sensitif terhadap suku bunga sangat membebani indeks yang sarat teknologi itu. Sedangkan Dow Jones Industrial Average berakhir sedikit lebih rendah.

Di antara 11 sektor utama dalam S&P 500, sektor jasa komunikasi mengalami persentase kerugian terbesar, sementara sektor kebutuhan pokok konsumen dan utilitas berakhir di zona hijau.

Ini adalah pekan yang penting di mana hampir sepertiga perusahaan di S&P 500 diperkirakan akan melaporkan kinerja kuartal ketiga.

Sejauh ini, sebanyak 146 perusahaan dari S&P 500 telah melaporkan kinerjanya. Dari jumlah tersebut, 80 persen telah membukukan laba di atas ekspektasi.

Analis sekarang memperkirakan pertumbuhan pendapatan S&P 500 secara tahunan sebesar 2,6 persen untuk periode Juli-September, naik dari 1,6 persen pada awal bulan.

Indeks Philadelphia SE Semiconductor anjlok 4,1 persen, penurunan dalam satu hari terbesar sejak 22 Desember 2022.

Sementara sektor jasa komunikasi mencatat persentase penurunan terbesar sejak 3 Februari.

Saham Alphabet Inc anjlok setelah perusahaan tersebut melaporkan pendapatan layanan cloud yang mengecewakan, memunculkan kembali kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.

Saham Microsoft naik 3,1 persen menyusul laporan triwulan yang lebih baik dari perkiraan, yang dirilis setelah pasar ditutup pada Selasa (24/10).

Indeks Dow Jones Transport Average yang sensitif secara ekonomi menyentuh level terendah dalam lebih dari empat bulan setelah Old Dominion Freight Line merilis kinerjanya. Saham perusahaan angkutan truk itu turun 3,9 persen.

Saham kontraktor pertahanan General Dynamics naik 4 persen setelah melaporkan lonjakan pendapatan pada kuartal ketiga.

Setelah penutupan, IBM dan Meta Platforms merilis laba yang lebih kuat dari perkiraan, dan saham mereka naik dalam perdagangan yang diperpanjang.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 10,71 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,68 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Jumlah saham-saham yang turun melebih jumlah saham yang naik dengan rasio 3,61 : 1, sedangkan untuk Nasdaq rasionya 2,63 : 1.

S&P 500 mencatatkan tidak satu pun titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 63 titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 16 titik tertinggi baru dan 500 titik terendah baru.



Sumber: Reuters


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023