Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) meminta orang tua untuk mengenali gejala pneumonia anak guna menekan angka kematian global, di mana setiap 30 detik seorang balita meninggal akibat radang paru-paru itu.
“Pneumonia merupakan penyakit infeksi utama penyebab kematian pada anak di dunia,” kata Anggota ITAGI Cissy Kartasasmita di Jakarta, Senin.
Gejala paling menonjol yang dialami ketika balita mengalami pneumonia adalah ditandai dengan napas cepat meski dalam keadaan tenang atau tidak menangis.
Menurut dia, orang tua dapat menghitung kecepatan napas anak-anak mereka sesuai dengan usianya per menit.
Napas balita maupun anak-anak yang terinfeksi bakteri Streptococcus pneumoniae atau dikenal dengan Pneumokokus, kata dia, lebih dari 60 kali dalam satu menit untuk usia nol sampai dengan dua bulan.
Baca juga: IDAI: ASI eksklusif bisa cegah pneumonia delapan kali lipat
Untuk usia dua bulan sampai dengan satu tahun kecepatan napas di atas 50 kali dalam satu menit, sedangkan di usia satu hingga lima tahun di atas 40 kali per menit.
“Tanda-tanda ini juga disertai dengan tarikan dinding dada ke arah dalam saat menarik napas,” ujarnya.
Ketika mengalami gejala tersebut, kata dia, orang tua harus segera membawa anaknya ke dokter atau fasilitas kesehatan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Data United Nations Children's Fund (UNICEF) pada 2022 menunjukkan, satu anak meninggal akibat pneumonia setiap 43 detik di seluruh dunia, dan menjadikannya penyebab utama kematian bayi dan anak bahkan lebih banyak dari penderita AIDS, malaria, dan campak.
Di Indonesia, pneumonia penyumbang 14,5 persen penyebab kematian pada balita dan lima persen kematian pada anak usia di bawah lima tahun.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenkes RI Ida Budi Gunadi pada Jumat (27/10), mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan juga terus berupaya menekan kasus pneumonia dengan memastikan imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) rutin lengkap dilaksanakan dengan baik di seluruh provinsi di Indonesia.
Pemberian imunisasi tersebut juga sejalan dengan pilar transformasi kesehatan yang telah dicanangkan Kemenkes pada 2022, yaitu transformasi layanan primer di mana tujuan utama mengubah pola penyembuhan menjadi pencegahan.
Baca juga: Pakar ingatkan waspada pneumonia, jangan dianggap batuk biasa
Baca juga: IDAI: Cegah Pneumonia dengan melengkapi vaksinasi PCV
Baca juga: Spesialis Paru: Polusi salah satu faktor risiko meningkatnya pneumonia
Pewarta: Cahya Sari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023