"Per kemarin ada 34 kasus, sudah menyebar dari Jakarta ke Banten dan Jawa Barat," kata Menkes RI Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Secara umum, Menkes Budi mengatakan Mpox hanya terjadi pada segmentasi khusus lelaki suka lelaki (LSL). Data yang dihimpun Kemenkes melaporkan sebanyak 28 penderita memiliki orientasi seksual LSL, dua orang biseksual, dan tiga lainnya heteroseksual.
Baca juga: Kemenkes: Cacar monyet tersebar di Jakarta, Banten, dan Jabar
Ditemukan pula 28 penderita yang merupakan pengidap HIV. Adapun seluruh kasus terjadi pada laki-laki dengan rentang usia 18-49 tahun, dengan gejala umum lesi pada kulit (31 kasus), demam (27 kasus), ruam (20 kasus), dan pembengkakan kelenjar getah bening atau limfadenopati (20 kasus).
Selain itu, terdapat pula 15 orang yang menjadi suspek, 87 orang yang telah diperiksa dan negatif (discarded), dan enam orang yang telah sembuh.
"Penyebaran meningkat, ini terjadi penularan lokal," katanya.
Baca juga: Waspadai penularan cacar monyet melalui percikan ludah
Menkes menyebutkan penanganan Mpox tidak dilakukan secara terang-terangan, melainkan dilakukan melalui kerja sama dengan komunitas pemerhati kelompok LSL guna mengurangi stigma yang dapat mempersulit upaya intervensi pencegahan penyakit tersebut.
Selain itu, Kemenkes juga berupaya melakukan pengadaan 4.500 dosis vaksin, serta 1.008 botol antivirus tecovirimat, sebagai upaya pengobatan penderita Mpox yang diprakirakan akan tersedia pada minggu keempat November ini.
Baca juga: PB IDI: Masyarakat harus kenali gejala sistemik cacar monyet
"Jadi, kita akan kasih vaksin tidak ke semua orang, tetapi ke kelompok dengan faktor risiko khusus, obatnya juga sudah ada, antivirusnya juga sudah ada, dan sudah kita datangkan," tutur Menkes Budi.
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023