• Beranda
  • Berita
  • Pandangan soal Indonesia Emas dalam visi dan misi tiga capres-cawapres

Pandangan soal Indonesia Emas dalam visi dan misi tiga capres-cawapres

13 November 2023 22:11 WIB
Pandangan soal Indonesia Emas dalam visi dan misi tiga capres-cawapres
Ilustrasi - Logo Komisi Pemilihan Umum (KPU). ANTARA/Darwin Fatir.
Indonesia akan memasuki usia emas pada tahun 2045 saat genap berusia 100 tahun alias satu abad setelah merdeka. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan salah satu dari lima kekuatan ekonomi dunia.

Indonesia juga akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045, di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), lebih besar daripada jumlah penduduk usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas).

Jika bonus demografi tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan membawa dampak buruk, dan menimbulkan sejumlah masalah sosial, seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Sebaliknya, bila bonus demografi dimanfaatkan dengan baik, maka menjadi modal penting untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Kementerian PPN/Bappenas sendiri telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dalam mendukung pelaksanaan Visi Indonesia Emas 2045, yakni "Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan". Visi tersebut terdiri dari empat pilar, yaitu pembangunan manusia dan penguasaan iptek, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Terkait hal tersebut, tiga calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan berlaga pada Pilpres 2024 menempatkan ihwal visi Indonesia Emas 2045 yang di dalamnya mencakup persoalan bonus demografi hingga pengangguran ke dalam visi-misi yang diusungnya, baik itu pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.


Ganjar Pranowo-Mahfud Md

Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md membawa visi "Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari", dan misi bernama "Delapan Gerak Cepat". Penggunaan frasa "Indonesia Unggul", alih-alih "Indonesia Emas", dipilih untuk menggambarkan kondisi pencapaian yang lebih nyata serta tidak berasumsi dan menganggap hal lain diam atau tetap.

Dalam gagasannya, Indonesia unggul merupakan kehendak bahwa Indonesia bukan sekadar menjadi negara maju, kuat, dan berdaya saing, melainkan juga adanya peningkatan kemajuan, kekuatan, dan daya saing yang dicapai melebihi atau melampaui apa yang dicapai oleh negara lain.

Sementara frasa "Gerak Cepat" ikut ditekankan di dalam visi untuk menegaskan bahwa berbagai proses untuk menjadi unggul dilakukan dalam waktu yang lebih singkat. Momentum percepatan tersebut mendasarkan diri pada bonus demografi yang segera berakhir. Setali tiga uang, pasangan Ganjar-Mahfud menilai bonus demografi sebagai tantangan ke depan yang harus mampu diselesaikan agar tidak menjadi bencana demografi melalui peningkatan kualitas manusia Indonesia dan penguasaan sains dan teknologi.

Misi "Delapan Gerak Cepat" dinilai harus dilakukan agar bonus demografi yang akan segera berakhir dapat dimanfaatkan untuk Menuju Indonesia Unggul. Di dalam poin kedua misi "Delapan Gerak Cepat", yakni "Mempercepat Penguasaan Sains dan Teknologi melalui Percepatan Riset dan Inovasi Berdikari", salah satunya menyebut bahwa beasiswa yang masif dan terarah akan ditingkatkan dan diperluas bagi anak-anak muda Indonesia yang sejalan dengan strategi pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.

Sementara itu dalam poin ketiga misi "Delapan Gerak Cepat", yakni "Mempercepat Pembangunan Ekonomi Berdikari Berbasis Pengetahuan dan Nilai Tambah", pasangan Ganjar-Mahfud juga menggagas adanya 17 juta lapangan kerja baru. Hal tersebut guna memastikan penyerapan angkatan kerja baru setiap tahun dan mengurangi jumlah pengangguran hingga mencapai tingkat penyerapan tenaga kerja optimal, sehingga semua rakyat cepat mendapat kerja.


Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming

Secara eksplisit, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memasukkan Indonesia Emas ke dalam visi yang diusungnya, yakni "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045", dengan misi bertajuk "Delapan Misi Asta Cita".

Dalam dokumen visi-misinya disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen dibutuhkan mulai tahun 2025 untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Pertumbuhan itu perlu didukung dengan penguatan peran pemerintah dalam roda ekonomi dan pembangunan bangsa, sesuai falsafah Ekonomi Pancasila.

Apabila Prabowo-Gibran terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, fondasi Indonesia Emas 2045 diwujudkan dengan "8 Program Hasil Terbaik Cepat" pada lima tahun periode kepemimpinannya, dengan salah satu program utama yang tersohornya ialah memberi makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil.

Kemudian "8 Program Hasil Terbaik Cepat" berturut-turut selanjutnya ialah menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis, menurunkan kasus TBC 50 persen dalam lima tahun, dan membangun rumah sakit (RS) lengkap berkualitas di kabupaten; mencetak dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan lumbung pangan desa, daerah, dan nasional; membangun sekolah-sekolah unggul terintegrasi di setiap kabupaten, dan memperbaiki sekolah-sekolah yang perlu renovasi.

Lalu, melanjutkan dan menambahkan program kartu-kartu kesejahteraan sosial, serta kartu usaha untuk menghilangkan kemiskinan absolut; menaikkan gaji ASN (terutama guru, dosen, dan tenaga kesehatan), TNI/Polri, dan pejabat negara; melanjutkan pembangunan infrastruktur desa, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan menyediakan rumah murah bersanitasi baik untuk yang membutuhkan; serta mendirikan Badan Penerimaan Negara dan meningkatkan rasio penerimaan negara terhadap produk domestik bruto (PDB) ke 23 persen.

Pasangan ini juga akan memperkuat kelembagaan dan meningkatkan anggaran kependudukan, keluarga berencana (KB), dan pembangunan keluarga (KKBPK) untuk meningkatkan ketahanan keluarga Indonesia dan mencapai bonus demografi. Bersamaan dengan itu, lapangan kerja akan diciptakan seluas-luasnya dengan mengutamakan tenaga kerja lokal untuk mengurangi tingkat pengangguran di Tanah Air.


Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar

Pasangan yang dikenal dengan akronim AMIN ini mengusung visi "Indonesia Adil Makmur untuk Semua", dengan misi yang dinamai "Delapan Jalan Perubahan". Indonesia Emas 2045 menjadi alinea pembuka dalam dokumen visi-misi AMIN yang digambarkan dengan tercapainya kondisi negara yang maju, merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Untuk memanfaatkan bonus demografi agar tak menjadi tsunami demografi, AMIN menilai Indonesia harus melakukan investasi yang serius untuk menaikkan kualitas dan akses pendidikan. Laboratorium sains, bengkel kerja, dan perpustakaan harus dibangun di semua sekolah yang membutuhkan. Anggaran dan daya saing riset perlu ditingkatkan, serta memperbaiki kompetensi dan kesejahteraan guru maupun tenaga kependidikan, hingga pengangkatan guru honorer berkinerja baik.

Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan juga menjadi judul bagian tersendiri dalam pembukaan dokumen visi-misi AMIN, yang menekankan bahwa negara harus hadir untuk memitigasi ketimpangan sosial agar tidak menjadi friksi dan konflik antarkelas.

Untuk itu, AMIN menilai Indonesia perlu perubahan sebab kualitas manusia yang belum memadai, kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, dan krisis iklim adalah masalah utama dari daftar panjang masalah yang harus segera diselesaikan Indonesia jika ingin mewujudkan "Satu Indonesia Satu Kemakmuran" sebelum usia 100 tahun terlewati.

Dalam poin pertama misi "Delapan Jalan Perubahan", yakni Memastikan Ketersediaan Kebutuhan Pokok dan Biaya Hidup Murah melalui Kemandirian Pangan, Ketahanan Energi, dan Kedaulatan Air, bonus demografi akan dimanfaatkan untuk mencapai kemandirian pangan dengan cara menyebarkan tenaga kerja produktif dan meningkatkan produksi pangan.

Sementara itu persoalan pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja berkualitas difokuskan pada poin kedua misi "Delapan Jalan Perubahan", yakni Mengentaskan Kemiskinan dengan Memperluas Kesempatan Berusaha dan Menciptakan Lapangan Kerja, Mewujudkan Upah Berkeadilan, Menjamin Kemajuan Ekonomi Berbasis Kemandirian dan Pemerataan, serta Mendukung Korporasi Indonesia Berhasil di Negeri Sendiri dan Bertumbuh di Kancah Global.

Untuk menurunkan tingkat pengangguran, AMIN akan menciptakan lapangan kerja berkualitas di seluruh sektor, termasuk di sektor industri manufaktur, hingga memberikan dukungan permodalan bagi wirausahawan muda.

 

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023