"Ramah lingkungan, berbasis data dan bukti, serta sudah diteliti UGM sejak 2011 dengan bukti publikasi ilmiah internasional yang sudah ada 80-90 persen menurunkan angka kasus, perawatan rumah sakit, dan penggunaan fogging," katanya dalam akun instagram pribadinya @ngabilasalama di Jakarta, Rabu.
Ngabila mengemukakan alasan berikutnya yakni demam berdarah atau dengue adalah jenis penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical disease dan sudah dinyatakan endemis di Indonesia. Dia menilai anggapan dengue sebagai penyakit tidak berbahaya kurang pantas, mengingat dengue termasuk lima besar jumlah kasus penyakit menular wabah yang perlu dicegah.
Baca juga: Kemenkes pastikan Wolbachia efektif tekan kasus DBD hingga 77 persen
Kemudian, lanjut dia, penanganan dengue dengan Wolbachia juga merupakan wujud komitmen Indonesia dalam merealisasikan kematian nol dunia akibat dengue pada 2030 mendatang.
Wolbachia, kata dia, juga merupakan inovasi komplementer selain sejumlah gerakan seperti 3M plus dan satu rumah satu jumantik.
"Oleh karena itu, implementasinya sangat hati-hati. Setelah berhasil di Yogyakarta, Kemenkes RI dengan persiapan matang melalui pelatihan, sosialisasi, serta timeline yang terstruktur dan terukur melakukan perluasan area ke lima kota resmi dengan SK Kemenkes," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes tegaskan Wolbachia tidak dapat hidup pada tubuh manusia
Ngabila menjelaskan Wolbachia merupakan inovasi teknologi ramah lingkungan yang dilakukan tanpa rekayasa genetik ataupun modifikasi ekosistem. Hal ini diharapkan dapat membantu menurunkan kasus dengue dan bahkan menjadi nol kematian.
Untuk itu, dia mengajak masyarakat agar berpikir positif dan menjadi masyarakat yang cerdas agar tidak mudah dibohongi oleh informasi hoaks soal Wolbachia yang sempat beredar.
Diketahui, bakteri Wolbachia mampu menyebabkan nyamuk Aedes aegypti tidak bisa lagi menularkan virus dengue kepada manusia. Teknologi tersebut diimplementasikan dengan metode replacement atau penggantian, di mana nyamuk jantan dan nyamuk betina ber-Wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Tujuannya, agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak-anak nyamuk yang mengandung Wolbachia.
Baca juga: Kemenkes: Wolbachia tidak menyebabkan Japanese encephalitis
Adapun penyebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia dilakukan di 47.251 titik di Kota Semarang, 20.513 titik di Kota Bandung, 18.761 titik di Kota Jakarta Barat, 9.751 titik di Kota Kupang, dan 4.917 titik di Kota Bontang.
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023