Pengamat dan peneliti Universitas Jember Dr Ikwan Setiawan menilai bahwa calon presiden Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo lebih dinamis menyampaikan argumen dibandingkan capres Prabowo Subianto yang terlihat kaku dalam debat capres."Anies karena mengusung narasi perubahan, lebih leluasa dalam menyampaikan keinginan ideal untuk perubahan dalam bidang pemerintahan, HAM, demokrasi, dan hukum,"
"Anies karena mengusung narasi perubahan, lebih leluasa dalam menyampaikan keinginan ideal untuk perubahan dalam bidang pemerintahan, HAM, demokrasi, dan hukum," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.
Selain itu, ia lebih tenang karena memiliki latar belakang akademis dan pengalaman ketika menangani masalah-masalah pelik di Jakarta, seperti izin pendirian tempat ibadah yang lama tidak ditangani dengan baik.
Namun, "kecanggihan retorik" Anies terkadang menjadikannya melebarkan paparan, sehingga tampak kurang fokus dalam menanggapi isu krusial seperti IKN yang ditanyakan Ganjar.
Memang benar IKN bermasalah, tetapi mestinya Anies lebih tegas, lanjut atau tidak. Itu yang diharapkan audiens dan hal sama juga ketika menanggapi serangan Prabowo terkait polusi Jakarta, narasinya bagus tetapi malah kurang fokus.
Sementara Prabowo dalam debat itu terlihat kaku dan kurang dinamis. Gagasannya terlalu umum, khas orang-orang lama dan gagasan itu kurang didukung pengalaman, sehingga hanya tampak patriotik tetapi kurang operasional.
Untuk yang operasional lebih menyepakati gagasan Ganjar dan sebagian Anies. Sangat kentara, beban untuk melanjutkan rezim Jokowi menjadikannya kurang bisa menyampaikan gagasan secara leluasa.
"Sebagai calon pemimpin, Prabowo tampak berada dalam kotak karena terlalu menjaga citra baik Jokowi. Ketika menanggapi isu tentang etika pemerintahan dan terkait pelanggaran HAM berat, capres nomor urut dua menjadi tampak emosional," katanya.
Ikwan mengatakan capres Ganjar, meskipun memakai narasi perbaikan, memiliki keleluasaan, meskipun tak seleluasa Anies, berani menegaskan gagasan terkait perbaikan dalam sektor pemerintahan, pertanian, usaha, HAM, apalagi hukum dan demokrasi.
Masalah-masalah itu yang masih menjadi ganjalan dalam pemerintahan Jokowi. Pengalaman panjangnya sebagai legislatif dan eksekutif memberikan keuntungan baginya untuk memaparkan konsep-konsep perbaikan yang semestinya diambil oleh pemerintah ke depan.
"Ganjar berani mempermasalahkan isu MK dan pelanggaran HAM berat. Meskipun sudah tampak keinginan kuat untuk memperbaiki apa-apa yang masih bermasalah, Ganjar masih kurang berani mengkritik dan mengeksplorasi kelemahan Jokowi," ujarnya.
Ikwan mengatakan yang menarik dari debat perdana adalah realitas bahwa upaya untuk menyerang kandidat lain masih kurang menggigit, namun "serangan" terhadap Prabowo oleh Anies terkait etika para elit dan oleh Ganjar tentang pelanggaran HAM berat menjadi pembeda.
"Tampak sekali bagaimana Prabowo masih menggunakan kerangka normatif demokrasi untuk menjawabnya," katanya.
Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Unej itu menilai bahwa paparan dan tanggapan Ganjar - Anies juga menarik untuk dicermati, meskipun sempat berdebat terkait penanganan kasus hukum dan IKN, keduanya memiliki perspektif yang bisa saling melengkapi.
Begitu pula ketika keduanya memaparkan gagasan terkait pemerintahan, partai politik, dan hukum. Tampak sekali Anies dan Ganjar siap dengan konsep berbasis pengalaman panjang.
"Kalau sampai ada dua putaran dalam Pilpres dan kekuatan mereka bisa bersatu, tentu akan menjadi daya dobrak untuk perbaikan dan perubahan Indonesia," ujarnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023