Jakarta (ANTARA News) - Infrastruktur hijau mesti menjadi aspek penting bagi pembangunan di Indonesia pada masa mendatang terutama karena semakin mendesaknya dampak dari emisi gas rumah kaca terhadap kondisi lingkungan global pada saat ini.`Green infrastructure` harus menjadi salah satu aspek penting. Ke depan infrastruktur harus hemat energi, berkelanjutan dan ramah lingkungan,"
"Green infrastructure harus menjadi salah satu aspek penting. Ke depan infrastruktur harus hemat energi, berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, kebijakan pemerintah yang kini diambil akan menentukan penggunaan sumber daya di masa depan begitu pula investasi yang diambil pada saat ini akan memberikan dampak di masa mendatang.
Untuk itu, ia menyuarakan harapannya agar pengembagan infrastruktur yang dijalankan pemerintah benar-benar berpedoman pada penyediaan infrastruktur hijau, aman, dan berorientasi kepada masyarakat.
Selain itu, Hermanto juga menyorot pentingnya penanaman pohon dalam kegiatan pembangunan, preservasi, dan peningkatan jalan raya dengan tujuan untuk menekan emisi karbon.
"Di sepanjang jalan baru ditanami pohon trembesi yang menurut kajian mampu menyerap karbondioksida cukup besar atau 28,4 dalam ton/pohon/tahun dibanding tanaman lain. Rumput Vetiver juga sangat baik untuk menahan erosi dangkal," ucapnya.
Sejalan dengan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca dalam lingkup Kementerian Pekerjaan Umum saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU tengah mengembangkan teknologi yang bisa mengurangi emisi dan kebisingan dan mengurangi 20 persen yang berarti juga mengurangi volume lalu lintas.
Ia menegaskan, perubahan iklim akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca dan dampak buruk yang bakal ditimbulkannya haruslah dicegah sedini mungkin.
Hal itu, ujar dia, karena kegiatan industri, kendaraan bermotor dan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil menjadi kontributor vital dari emisi GRK.
Selain itu, penggunaan sumber daya alam dan energi yang berlebihan serta perusakan ekosistem bumi adalah kegiatan manusia yang dapat dikendalikan sejak awal.
"Kejadian ekstrem seperti banjir, tanah longsor, gempa, tsunami adalah contoh terganggunya ekosistem. Untuk itu, ekosistem yang terganggu harus disikapi dan perlu dijalankan demi terciptanya sustainable development (pembangunan berkelanjutan)," katanya.(*)
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013