Pekanbaru berselimut asap

13 September 2014 15:33 WIB
Pekanbaru berselimut asap
Asap mengepul dari kebakaran lahan gambut di kawasan penyangga Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Provinsi Riau, Selasa (1/4). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Asap yang diperkirakan berasal dari kebakaran lahan dan hutan membuat Kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, berselimut kabut asap.

Udara Pekanbaru mulai berasap sejak Sabtu pukul 10.00 WIB dan asap menjadi agak pekat pada siang hari, membuat alat pendeteksi pencemaran udara di pusat kota menunjukkan penurunan kualitas udara menjadi sedang.

Alat pengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencatat Particulate Matter 10 (PM10) berada pada angka 70, lebih tinggi dari angka PM10 kualitas udara sehat yang biasanya di bawah angka 50.

Asap juga menurunkan jarak pandang di landas pacu Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II, Pekanbaru. Airport Duty Manager Bandara SSK II, Ibnu Hasan, mengatakan jarak pandang turun drastis pada siang hari namun belum ada laporan gangguan penerbangan.

"Jarak pandang di SSK II pada pukul 13.45 WIB turun tinggal 500 meter," kata Ibnu.

Analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sanya Gautami, mengatakan kuat dugaan asap yang menyelimuti Pekanbaru berasal dari Sumatera Selatan.

"Pergerakan angin juga bergerak dari Selatan menuju Utara," katanya.

Namun, ia mengatakan, di Riau juga ada titik-titik panas yang kemungkinan turut menyumbang asap.

Menurut Kepala Divisi Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, dalam 24 jam terakhir satelit Terra & Aqua dengan sensor Modis mendeteksi ada 264 titik panas di Sumatera Selatan.

Mayoritas titik panas di Sumatera memang berasal dari daerah tersebut. "Asap dari Sumatera Selatan mengarah ke Riau dan Jambi," katanya.

Sementara di Provinsi Riau terdeteksi sembilan titik panas, Bangka Belitung dengan 22 titik, Lampung 15 titik, Jambi delapan titik, dan Sumatera Utara satu titik.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014