• Beranda
  • Berita
  • Permintaan biji pala dari Belanda terus berdatangan

Permintaan biji pala dari Belanda terus berdatangan

17 Maret 2015 07:16 WIB
Permintaan biji pala dari Belanda terus berdatangan
Biji pala (FOTO ANTARA/Zabur Karuru)

Komoditas biji pala dan bunga pala asal Sulut memang diminati Belanda bahkan negara-negara di Uni Eropa, dan Amerika sejak dulu


Manado (ANTARA News) - Permintaan komoditas unggulan biji pala asal Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dari Belanda terus berdatangan menyusul pengiriman rutin dilakukan setiap minggu.

"Permintaan biji pala dari negara-negara di Uni Eropa terus terjadi, tidak terkena dampak penolakan seperti daerah lain karena mengandung bakteri aflatoksin yang berlebihan," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Jenny Karouw, di Manado, Selasa.

Jenny mengatakan biji pala yang diekspor ke Belanda pada awal Maret 2015 sebanyak 10 ton dengan sumbangan devisa bagi negara sebesar 106.600 dolar Amerika Serikat (AS).

Ia mengatakan hal ini menjadi perhatian bagi pengekspor agar lebih memperhatikan kualitas produksi agar tidak akan ada penolakan biji pala ke Uni Eropa.

"Biji pala asal Sulut paling banyak diproduksi di Kabupaten Kepulauan Sitaro karena kondisi alam dan tanah yang sangat subur untuk ditanami komoditas tersebut," jelasnya.

"Komoditas biji pala dan bunga pala asal Sulut memang diminati Belanda bahkan negara-negara di Uni Eropa, dan Amerika sejak dulu karena banyak manfaatnya bagi masyarakat, antara lain untuk rempah-rempah karena rasanya yang sangat khas," katanya.

Hal tersebut, katanya, harus bisa dimanfaatkan para petani untuk meningkatkan produksinya dan menghasilkan tanaman pala yang berkualitas baik agar makin disukai di seluruh dunia.

Pala produksi Sulut bukan hanya diminati negara di Eropa tersebut tetapi juga berhasil menarik minat pasar Afrika.

"Minat tersebut ditandai dengan makin banyaknya permintaan ekspor pala dan bunganya ke berbagai negara di dunia, ini menunjukan mutu komoditas pala daerah ini cukup baik," pungkasnya.



Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015