"Soal kemampuan anak, Indonesia lebih lambat tiga tahun. Kemampuan matematika dan membaca amat lemah," kata Mendikbud dalam konferensi pers kajian OECD di Jakarta, Rabu.
Dalam membaca ada struktur kalimat yang sangat berkaitan dengan logika. Begitu juga dengan matematika, sangat berhubungan dengan logika.
"Bahkan laporan dari UNESCO menyebutkan kemampuan membaca anak Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah," katanya.
Hasil kajian OECD tersebut, sambung Anies, diperlukan mengingat saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang menyusun renstra.
Salah satu upaya untuk meningkatkan minat baca, tambahnya, diperlukan peningkatan kualitas guru.
"Membaca juga turunan dari guru. Kalau guru suka membaca maka anak didik juga suka membaca," katanya
Sekretaris Jenderal OECD,Angel Gurria, menjelaskan perlu ada prioritas utama Indonesia dalam meningkatkan hasil pendidikan dasar dan memberdayakan siswa untuk membangun keterampilan dan pemahaman yang mendasar tersebut.
"Bantuan tambahan diperlukan untuk mengatasi tingkat kesiapan dan motivasi siswa yang rendah," kata Gurria.
Kunci keberhasilan pendidikan akan bergantung pada perbaikan standar mengajar dan kepemimpinan di sekolah.
"Guru-guru perlu didukung agar dapat lebih meningkatkan profesionalitasnya dan dapat lebih akuntabel atas hasil pencapaian mereka," tukas Gurria.
Pewarta: Indriani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015