Jakarta (ANTARA News) - Kurangnya infrastruktur di bidang Teknologi Informasi menyebabkan akses internet di Indonesia masih tergolong mahal.
"Biaya men-`download` di Indonesia masih 13 hingga 15 kali lebih mahal dibanding Jepang. Dilihat dari segi kecepatan, kemampuan men-`download` tersebut juga sangat jauh," kata CEO Digital Media Technology, Sony Tan, Senin, di Jakarta.
Ia mengatakan hal yang menyangkut infrastruktur merupakan masalah sangat mendasar. Saat ini, dari segi konten internet berkembang begitu cepat, tetapi dengan kecepatan hanya 16 kilobyte per detik hanya membuang waktu untuk men`download`.
Keadaan ini, menurut Sony, membuat biaya akses internet tidak dapat ditekan. Indonesia perlu investasi di bidang infrastruktur sangat besar.
Ia mengatakan ada alternatif lain agar informasi pada masyarakat tidak terhambat karena akses internet yang masih buruk dan harganya yang mahal, yaitu dengan memberikan fasilitas ke 220.000 sekolah agar dapat mengakses layanan internet secara gratis.
Dengan demikian, dunia bisnis tetap bisa "berbicara" tentang bisnis, tetapi dunia pendidikan jangan sampai terhambat untuk mendapatkan informasi karena alasan biaya.
Indonesia masih memiliki potensi untuk menjadikan akses internet lebih murah lagi, tetapi potensi ini bukan semata-mata hanya di tangan pemerintah karena Indonesia masih perlu investasi sangat besar di bidang TI dari pihak swasta.
"Mestinya teknologi ini makin lama makin efisien, dengan jumlah rakyat yang jumlahnya sangat besar mestinya akses internet jauh lebih murah. Tetapi tentu salah satu yang menjadi kendala adalah wilayah yang sangat luas," katanya.
Namun dengan sistem satelit seharusnya askes internet dengan harga murah bukan menjadi kendala. Akses internet di Indonesia masih mahal karena dengan mengakses data beberapa ratus kbps bisa terkena biaya Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan.
"Untuk komunikasi seperti itu tentu cukup mahal. Bayangkan dengan teknologi sederhanya VoiP rakyat hanya mengeluarkan biaya Rp300 ribu per bulan, artinya 10 kali lebih murah," katanya.
Sementara itu, menurut salah seorang pakar TI, Onno W Purbo, selain infrastruktur yang masih minim, pembenahan sumber daya manusia perlu dilakukan.
Penggunaan teknologi internet harus dibarengi dengan pemahaman tentang teknologi itu sendiri. Belum semua masyarakat "melek TI", karena itu perlu pembelajaran tentang TI, katanya.(*)
Pewarta: bwahy
Copyright © ANTARA 2006