Canberra (ANTARA News) - Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland, Arief Indrasumunar, mendapatkan paten internasional atas keberhasilan penelitiannya melakukan kloning tiga gen yang berperan dalam pembentukan "root nodule" pada tanaman kedelai.
"Saya sebagai inventor (penemu) saja, dan hasil penelitian saya itu dipatenkan UniQuest (perusahaan subsidiari Universitas Queensland-red.) secara internasional pada Desember 2006," katanya kepada ANTARA yang menghubunginya dari Canberra, Minggu.
Peneliti Balai Besar Penelitian Bioteknologi Pertanian Bogor yang sedang merampungkan pendidikan doktoralnya di Sekolah Biologi Terpadu UQ dengan beasiswa Pemerintah Australia (ADS) itu mengatakan, "root nodule" adalah organ yang terbentuk pada akar kacang-kacangan sebagai hasil simbiosisnya dengan bakteri "Rhizoblum".
"Di dalam `root nodule` inilah terjadi fiksasi nitrogen, sehingga tanaman kacang-kacangan tidak lagi memerlukan tambahan pupuk nitrogen untuk pertumbuhannya," kata Arief, yang merampungkan pendidikan strata satunya di UGM Yogyakarta itu.
Penelitian ketiga gen ini, katanya, sudah dipatenkan UniQuest secara internasional di negara-negara penghasil utama kedelai di dunia, seperti Australia, Amerika Serikat, Kanada, Brazil, China, India, Indonesia, Italia, Spanyol, Rumania, Argentina, Rusia, Thailand, Vietnam, Jepang, dan Malaysia.
Menanggapi kesuksesan mahasiswa Indonesia ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Dr. R. Agus Sartono,MBA mengatakan, keberhasilan Arief sangat penting dan membanggakan.
"Sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan, saya akan undang beliau untuk menghadiri upacara Kemerdekaan RI nanti di Canberra," kata Agus yang sedang mendampingi rombongan Universitas Hasanuddin (Unhas) berkunjung di Brisbane.
Sementara itu, dalam penjelasan sebelummya pada penerbitan Perhimpunan Mahasiwa Indonesia di Australia (UQISA News), Arief mengemukakan pemanfaatan simbiosis antara tanaman dengan bakteri Rhizoblum merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
"Prospek pemanfaatan paten ini juga sangat baik karena penggunaan penemuan ini dapat meningkatkan kemampuan pembentukan 'root nodule' dan fiksasi nitrogen secara nyata baik di tanah yang subur maupun tandus," kata kandidat doktor kelahiran Pacitan, 17 Januari 1964 itu, yang menekuni riset tentang genetika molekuler tanaman itu. (*)
Copyright © ANTARA 2007