• Beranda
  • Berita
  • Pakar ingatkan lengkapi imunisasi cegah penularan difteri

Pakar ingatkan lengkapi imunisasi cegah penularan difteri

15 Desember 2017 19:28 WIB
Pakar ingatkan  lengkapi imunisasi cegah penularan difteri
Petugas Dinas Kesehatan Pemprov Banten menyuntikan vaksin DPT (Difteri, Tetanus, dan Pertusis) anti penyakit difteri kepada anak di Posyandu Cempaka, Kaujon, Serang, Banten, Senin (11/12)/117. (ANTARA FOTO/Asep/Fathulrahman)
Padang (ANTARA News) - Pakar Kesehatan Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Dr dr Masrul mengingatkan kepada masyarakat untuk melengkapi imunisasinya dalam mencegah penularan penyakit difteri.

"Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak, hanya bisa dicegah dengan imunisasi," katanya di Padang, Jumat.

Menurutnya, difteri ini penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara cepat.

Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan.

Anak harus mendapat vaksinasi DPT ini lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Sedangkan untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi TD atau Tdap (tetanus, difteri dan aselular pertusis). Vaksin ini akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Vaksin ini juga termasuk untuk orang dewasa.

Proses masuknya bakteri ini kedalam tubuh yakni dengan masa dua hari hingga lima hari.

Gejala awal penderita difteri antara lain, demam, nafsu makan menurun, lesu, nyeri ditenggorikan ketika menelan, kelenjar dari hidung berwarna kuning kehijauan dan bisa disertai darah.

"Namun, difteri memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorokan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher," katanya.

Selain itu, lama kelamaan bakteri ini juga dapat membuat saluran napas tertutup, kerusakan otot jantung (miokarditis), kerusakan saraf (polineuropati), kehilangan kemampuan bergerak (lumpuh), dan Infeksi pary (gagal napas atau pneumonia).

Ia menyarankan untuk segera melakukan imunisasi, namun jika sudah terjangkit segera lakukan penanganan medis pada rumah sakit terdekat.

Pewarta: Agung Pambudi P
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017