• Beranda
  • Berita
  • Koperasi Susu: Kenaikan Harga Susu Wajar dan Gairahkan Peternak

Koperasi Susu: Kenaikan Harga Susu Wajar dan Gairahkan Peternak

3 Juli 2007 21:45 WIB
Bandung (ANTARA News) - Kenaikan harga susu akhir-akhir ini menggairahkan para peternak sapi perah di sentra produksi susu murni di Indonesia karena mereka bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga jual komoditas andalannya itu. "Kenaikan harga susu murni memang sudah saatnya setelah selama 12 tahun stagnan. Para peternak sapi perah saat ini bisa menikmati kenaikan rata-rata Rp700 per liter susu. Yah sesekali mereka merasakan keuntungan," kata Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Deddi Setiadi di Bandung, Selasa. Ia menyebutkan harga susu saat ini berkisar Rp3.500 hingga Rp3.900 per liternya. Padahal harga biasanya berkisar Rp2.800 hingga Rp3.600 per liter susu di tingkat koperasi. Deddi menyebutkan, kenaikan yang terjadi saat ini, bagi para petani sebenarnya belum mencapai angka "break event point" (BEP) dari biaya per liter susu sapi bila dihitung dari biaya pakan, obat-obatan dan upah kerja. "Tidak fair jika pemerintah minta menekan harga susu dari peternak tanpa ada upaya untuk meningkatkan pendapatan mereka, sedangkan di lain pihak impor susu terus dilakukan," katanya. Ia menyebutkan, kenaikan harga susu yang terjadi saat ini merupakan kesempatan `langka` bagi para peternak sapi untuk mendapat keuntungan atau minimal menambah modal kerja bagi mereka. Sementara itu menurut data terakhir GKSI, jumlah ternak sapi di Jawa Barat saat ini cenderung menurun. Saat ini tinggal 70.000 ekor sapi yang dikelola oleh 26 anggota (koperasi). Sedangkan sisanya sekitar 30.000 ekor dipelihara secara perorangan di luar GKSI. "Jumlah ternak sapi perah sebanyak itu masih kurang, dan hanya memenuhi 30 persen kebutuhan nasional. Rata-rata produksi per hari sekitar 430 ton saja," kata Deddi. Setra peternakan sapi perah di Jawa Barat tersebar di Kabupaten Bandung (Lembang), Sukabumi, Sumedang, Garut, Kuningan, dan Kabupaten Bogor. "Kendalanya mereka tidak memiliki lahan luas untuk memperluas areal peternakan maupun untuk menjamin ketersediaan pakan hijau (rumput). Untuk itu pemerintah harus turun tangan bila ingin mencapai swasembada susu," katanya. Sementara itu keburuhan impor susu tidak hanya dialami Indonesia tapi juga bagi negara-negara lain seperti di Afrika dan di Rusia. Data terakhir dari USDMN (US Daily Markey News) lima bulan pertama pada 2007 kenaikan harga susu dunia mencapai 41,22%. Bahan baku susu impor yang dibeli Industri Pengolahan Susu (IPS) di Indonesia saat ini Rp4.800 - Rp5.000/liter. Tingginya harga susu membuat kalangan IPS beralih ke susu peternak sapi dalam negeri. "Ini kesempatan emas bagi para peternak di Indonesia, sayangnya produksi mereka masih terbatas, belum lagi melayani peningkatan permintaan susu murni dari masyarakat akibat kenaikan susu kemasan," katanya menambahkan.(*)


Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007