Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (BPPI), Ngakan Timur Antara, di Jakarta, Sabtu.
“Inovasi yang terkait litbangyasa menjadi penggerak tumbuhnya industri nasional. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan industri kita yang mandiri, berdaya saing dan maju perlu ditopang dengan strategi hilirisasi riset yang tepat,” kata dia.
Bahkan, inovasi menjadi salah satu di antara 12 pilar yang menentukan daya saing suatu negara di kancah internasional. Dalam Global Competitiveness Report yang dinyatakan World Economic Forum untuk periode 2017-2018, Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 137 negara dengan poin inovasi di peringkat ke-31.
“Indeks daya saing Indonesia di kancah global tersebut mengalami peningkatan lima peringkat dari tahun 2016 di posisi ke-41 menjadi posisi ke-36 pada 2017,” ungkap Ngakan.
Guna semakin memacu daya saing itu, unit pelayanan teknis di bawah BPPI Kementerian Perindustrian terus berkontribusi sebagai penggerak inovasi karya-karya litbangyasa di dalam negeri terutama untuk penguatan industri nasional.
Misalnya, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, turut mengambil peran dalam rangka menginisiasi inovasi hingga hilirisasi riset termasuk untuk menuju implementasi Industri 4.0.
“Melalui berbagai hasil litbangyasa yang telah dilakukan khususnya di bidang material fungsional dan diversifikasi energi, B4T mendongkrak peningkatan daya saing industri, substitusi impor hingga tumbuhnya industri baru di beberapa sektor,” tutur Kepala B4T, Budi Susanto.
Beberapa produk litbangyasa yang telah dihasilkan para peneliti dan perekayasa B4T, antara lain palang pintu perlintasan kereta api berbahan komposit sandwich yang kuat dan ringan terbuat dari papan serat kelapa dan berstruktur sarang lebah.
Selanjutnya, rancang bangun purwarupa pengolahan pasir silika lokal sebagai pengganti pasir Ottawa yang digunakan pada pengujian industri semen.
Selain itu, perekayasaan perangkat lunak pada Compressed Natural Gas Electronic Control Unit (CNG ECU) sebagai substitusi impor, pembuatan dan implementasi sistem baterai ion litium.
Temuan ini dapat dimanfaatkan untuk produksi powerbank, panel surya, hingga mobil listrik.
“Para peneliti dan perekayasa B4T juga telah mampu menciptakan inverter untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), membuat Wafer Silicon sebagai bahan baku sel surya dengan menggunakan metode Ingot Sectioning dan Wire Sawing, serta mengimplementasikan teknologi RFID pada sistem manajemen rantai pasok, khususnya di industri komponen otomotif,” paparnya.
Budi menyebutkan, B4T telah melakukan beberapa kerja sama dengan industri di dalam negeri mengenai implementasi hasil litbangyasa. Perusahaan tersebut, antara lain PT Siliwangi Wirakarya Ganesa, PT Semen Baturaja, PT Hartono Istana Teknologi, PT Semen Tonasa, dan CV Bintang Daya Perkasa.
Selain bidang litbangyasa, B4T juga berkontribusi kepada masyarakat industri melalui layanan jasa pengujian, kalibrasi, sertifikasi sistem mutu dan lingkungan, sertifikasi produk SNI, inspeksi teknik, vokasi industri, hingga konsultansi.
“Seluruh upaya tersebut dilakukan demi mewujudkan Indonesia menjadi negara 10 besar ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030 melalui peningkatan produktivitas karena kemajuan teknologi dan inovasi,” katanya.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018