Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara Koperasi dan UKM mengajak koperasi dan UKM yang bergerak dalam industri susu untuk duduk bersama membahas kelangkaan dan tingginya harga susu di pasar.
"Kita dalam waktu dekat akan mengajak mereka termasuk Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) soal usaha persusuan," kata Deputi Produksi Kementerian Negara Koperasi dan UKM Muzni Djalil kepada ANTARA News di Jakarta, akhir pekan lalu.
Ia mengatakan, semakin mahalnya harga susu di pasar perlu segera di atasi sehingga salah satu pokok pembahasan adalah dalam hal kelembagaan koperasi.
Menurut dia, pemerintah harus fokus dalam hal kelembagaan koperasi karena lembaga itulah yang secara konsisten menggerakkan anggotanya melalui sarana dan meningkatkan kualitas produk.
"Kita akan bersinergi dengan GKSI dan koperasi-koperasi susu untuk membicarakan hal ini sebab untuk menyelesaikan ini kita kan harus bersama," katanya.
Koperasi persusuan juga dinilai baru dapat menyumbangkan persentase produksi susu yang relatif kecil bagi masyarakat di tanah air.
Produksi susu dan bahan baku susu dalam negeri masih sekitar 20 hingga 30 persen total volume seluruh kebutuhan susu dalam negeri.
"Sebanyak 70 hingga 80 persen itu masih impor," katanya.
Oleh karena itu, menjadi "PR" tersendiri untuk meningkatkan kualitas susu produksi dalam negeri.
"Kenapa impor. Salah satunya karena produksi susu kita masih kurang," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah dalam rangka penguatan modal industri susu menargetkan distibusi sebanyak 5.800 sapi ke seluruh tanah air pada 2007.
"Tapi harus diingat sapi-sapi ini juga masih dibagi dalam tiga peruntukan yaitu sapi perah, penggemukan, dan pembibitan," katanya.
Sementara itu, Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan, semakin mahalnya harga susu pada dasarnya bukan masalah bagi produsen termasuk koperasi susu.
"Mereka justru bisa menjual lebih mahal dan saya pikir ini wajar setelah selama beberapa waktu tidak ada kenaikan yang siginifikan dalam industri mereka," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007