Kata Pakar, pasar saham AS akan "bullish" lagi

31 Agustus 2018 09:01 WIB
Kata Pakar, pasar saham AS akan "bullish" lagi
Ilustrasi: Sejumlah pialang melakukan tos di akhir hari perdagangan di Bursa Saham New York, New York, Amerika Serikat. (REUTERS/Brendan McDermid)

"Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi, tetapi saya yakin itu akan terjadi"

New York (ANTARA News) -  Pasar saham Amerika Serikat tampaknya akan mengalami tahun bullish (bergairah) lagi, menurut Harold J. Newman, pendiri Harold J. Newman Capital LLC.

Fundamental pasar saham AS bagus, kata Newman pada Rabu (29/8), menambahkan bahwa pada kuartal ketiga dan keempat 2018, perusahaan-perusahaan diperkirakan akan melihat pertumbuhan lebih dari 20 persen dalam hasil operasi mereka.

Indeks-indeks utama AS, seperti S&P 500 dan Komposit Nasdaq Composite membuat rekor tertinggi berturut-turut dalam beberapa hari terakhir, karena ekonomi yang kuat, hasil operasi yang baik dan optimisme dari perang perdagangan.

Namun, pasar dikoreksi lagi pada Kamis (30/8) karena kekhawatiran terbaru atas tarif baru yang dapat dikenakan antara Amerika Serikat dan China.

Tren bullish pasar saham tidak akan bertahan lama, karena suku bunga jangka panjang akan naik, mengurangi nilai laba perusahaan di masa depan dan menyediakan investor dengan alternatif terhadap ekuitas, Martin Feldstein, profesor ekonomi di Harvard University dan Presiden Emeritus Biro Riset Ekonomi Nasional, mengatakan dalam sebuah artikel yang dikeluarkan pada 28 Agustus.

"Akibatnya akan terjadi penurunan harga saham. Saya tidak tahu kapan itu akan terjadi, tetapi saya yakin itu akan terjadi," kata Feldstein.

Mengenai kemajuan dalam pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Meksiko, Newman mengatakan bahwa sekarang Kanada menghadapi tekanan dan harus menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini, karena Kanada sangat bergantung pada Amerika Serikat.

Kanada harus menyelesaikan masalah ini dalam jangka pendek, kata Newman.

Baca juga: Jelang penyelesaian dagang AS-Kanada, Wall Street malah turun
Baca juga: Dipicu kekhawatiran sanksi Iran, harga minyak kembali naik tertinggi sejak juli
Baca juga: Data ekonomi terbaru AS picu kebangkitan kurs dolar

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018