"Dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang sejumlah negara, termasuk rupiah merespons data indeks harga konsumen (IHK) yang lebih lemah dari perkiraan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Ia memaparkan angka IHK naik 0,2 persen pada Agustus dibadingkan bulan sebelumya, sementara pasar berharap kenaikan 0,3 persen. Sedangkan inflasi tahunan ke posisi 2,7 persen dari 2,9 persen.
"Angka inflasi AS yang lebih lemah bisa mempengaruhi keputusan rapat komite pasar terbuka Federal Reserve (FOMC) dalam memutuskan kebijakan suku bunga acuannya," paparnya.
Selain itu, lanjut dia, apresiasi rupiah juga dipicu ketegangan perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok yang berpotensi mereda setelah Washington berusaha mengadakan negosiasi baru untuk kebijakan dagang dengan Beijing.
"Akan ada pembicaraan perdagangan kedua negara itu, situasi itu mengurangi permintaan dolar AS yang biasanya menguat jika ekskalasi perang dagang meningkat," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (14/9), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.835 dibanding sebelumnya (13/9) di posisi Rp14.794 per dolar AS.
Baca juga: BI masih intervensi pasar untuk stabilkan rupiah
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2018