• Beranda
  • Berita
  • Modifikasi cuaca masih jadi andalan atasi karhutla

Modifikasi cuaca masih jadi andalan atasi karhutla

18 September 2018 17:14 WIB
Modifikasi cuaca masih jadi andalan atasi karhutla
Sejumlah prajurit TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis 411/Pandawa Divisi 2 Kostrad berjalan menuju pesawat Hercules A1326 di VIP Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (12/9/2018). Sebanyak 200 prajurit TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis 411/Pandawa Divisi 2 Kostrad yang bergabung di Subsatgas darat Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) dipulangkan seusai menjalankan tugas pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) di Sumatera Selatan dalam rangka menyukseskan Asian Games 2018. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc)

Teknologi modifikasi cuaca yang banyak dilakukan adalah menunggu awan

Jakarta (ANTARA News) - Teknologi modifikasi cuaca masih menjadi andalan untuk mengatasi serta memadamkan kebakaran lahan gambut di sejumlah daerah.

"Teknologi modifikasi cuaca yang saat ini banyak dilakukan adalah menunggu awan, dikombinasikan dengan teknologi pengaturan air gambut," kata Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan, modifikasi cuaca sangat tergantung pada awan namun menjadi terkendala saat memasuki puncak kemarau dan tidak ada awan.

Seperti di Sumatera Selatan dalam sepekan terakhir awan sulit didapat sehingga tidak memungkinkan untuk modifikasi cuaca, akibatnya kebakaran gambut sulit diatasi.

"Kita akan berupaya maksimal untuk mengoptimalkan semua awan yang ada," katanya.

Saat ini ada teknologi untuk menciptakan awan yang sudah dibuat oleh badan antariksa Amerika Serikat (NASA). Menurut Tri Handoko, BPPT juga melakukan riset tentang teknologi tersebut.

"Memang hitungannya untuk membuat awan itu biayanya sangat tinggi, kendala lain untuk daerah tidak berpegunungan, kalau tidak ada daerah modulasi curam secara teori sulit dilakukan maka untuk sekarang kita optimalkan awan yang ada," tambah dia.

Untuk membuat awan juga harus menggunakan garam, biasanya menggunakan air laut dan butuh kekuatan yang cukup besar untuk memaksa uap naik menjadi awan.

Baca juga: Lanud Supadio siagakan pesawat cassa atasi kerhutla
 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018