Terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakangi pendapatnya tersebut, di antaranya tren daya beli masyarakat yang terus tumbuh, nilai tukar rupiah terhadap dolar yang berangsur menguat, situasi politik yang relatif kondusif menjelang pemilihan umum serta hadirnya model-model terbaru baik dari kendaraan roda dua maupun roda empat.
"Kalau lihat trennya sekarang ini, pasar otomotif di Indonesia akan cenderung lebih positif dibanding tahun 2018," ujar Yannes saat dihubungi Antara, Kamis.
Selain itu, Yannes juga melihat sektor ekspor kendaraan roda empat yang terus meningkat. Dia menilai produk kendaraan ekspor dalam negeri, terutama pada segmen low MPV (multi purpose vehicle) memiliki pasar yang cukup potensial, termasuk di kawasan Asia Tenggara.
"Pasar ekspor akan terus meningkat untuk pasar Asean. Salah satu yang menonjol adalah produk low - medium MPV yang dibangun di industri-industri multinasional yang ada di Indonesia," ucap Yannes
"Khusus untuk Xpander, tren minat pasar Asean tampaknya semakin meningkat, kelihatannya booming di pasar Filipina dan Malaysia, dan harga di sana lebih bagus dibanding pasar lokal," ucapnya menambahkan.
Sementara itu, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara saat dihubungi terpisah mengatakan pada tahun 2019 pihaknya menargetkan total penjualan kendaraan roda empat sebanyak 1,1 juta unit. Angka tersebut sama seperti yang ditargetkan pada tahun lalu.
Kendati target penjualan yang dicanangkan pada tahun ini sama seperti tahun lalu, Kukuh optimis pasar otomotif di Indonesia masih akan terus bergeliat.
"Kami harapkan indikatornya selama ini ekonomi relatif tumbuh di kisaran 5,1 persen, lalu kemudian Indonesia relatif masuk dalam kategori yang cukup baik di antara negara-negara lain, jadi kami harapkan masih bisa mencapai sekitar 1,1 juta mobil di tahun 2019 walaupun kita agak hati-hati karena akan ada tahun politik," ucap Kukuh.
Kukuh melihat ada sejumlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan kendaraan di tahun ini. Salah satunya pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan pemerintah di berbagai daerah di Indonesia.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur yang masif dan merata dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah-daerah, yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap peningkatan daya beli.
Meski cukup optimistis, namun Kukuh tetap mewaspadai faktor-faktor eksternal yang mungkin akan mempengaruhi penjualan kendaraan di tahun 2019.
"Walaupun optimis, tapi di dunia ini kan ada perang dagang, dan lain sebagainya, ketidakpastian juga. Tapi kalau kita bisa mencapai (target) setidaknya sama dengan 2018 itu bagus dong. jumlah ekspornya juga bisa meningkat," ucap Kukuh.
Menanti regulasi kendaraan listrik
Tahun 2019 diperkirakan juga akan menjadi momentum hadirnya era baru kendaraan listrik di Indonesia. Pasalnya, pemerintah dalam waktu dekat akan segera menyelesaikan rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang kendaraan listrik.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko beberapa waktu lalu menyebut bahwa rancangan Peraturan Presiden tentang kendaraan bermotor listrik ditargetkan akan selesai pada awal 2019.
"Ya targetnya (selesai) awal 2019," ujar Moeldoko saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/12).
Yannes meyakini apabila nantinya kendaraan listrik di Indonesia telah memiliki regulasi yang jelas, maka besar kemungkinan penjualan kendaraan di Tanah Air akan melonjak.
"Contohnya dulu tahun 2013-2014 zaman pak SBY (Soesilo Bambang Yudhoyono) keluarkan kebijakan LCGC (low cost green car), penjualan langsung naik kan, karena anak milenial langsung tertarik (mobil LCGC). Nah ini kan mau keluar lagi aturan baru (untuk kendaraan listrik), pasti banyak anak-anak generasi muda yang tertarik, karena mereka concern terhadap teknologi," ujar Yannes.
Bila nantinya aturan tersebut telah rampung dan terealisasi, Yannes memprediksi pasar otomotif Tanah Air akan diwarnai dengan kemunculan berbagai sepeda motor listrik dengan harga yang menarik.
Produsen sepeda motor listrik diperkirakan membidik segmen generasi milenial (26-35 tahun, sekitar 50 persen dari pangsa pasar) dan generasi-Z (17-25 tahun, sekitar 20 persen dari pangsa pasar).
Jika tren kendaraan listrik nantinya berlangsung positif, dan pemerintah dinilai konsisten dalam menjalankan kebijakan kendaraan ramah lingkungan dengan misalnya menyiapkan grid system pengisian daya listrik di tempat-tempat umum, dan berbagai kemudahan lainnya yang membuat harga kendaraan listrik dan operasional untuk keseharian semakin terpercaya dan mudah, Yannes optimis para pelaku bisnis kendaraan listrik akan semakin berkembang.
Masih didominasi segmen MPV
Segmen MPV diperkirakan masih akan menjadi pilihan utama masyarakat di tahun 2019, dibawah bayang-bayang segmen SUV (sport utility vehicle) yang pamornya kian menanjak.
"Untuk sementara MPV akan masih dominan, walaupun ada pergeseran ke arah SUV dan kemudian juga jenis-jenis lain. Tapi MPV masih dominan," ucap Kukuh.
Sementara itu, pasar city car atau LCGC juga diyakini akan terus membesar di 2019. "Para milenial cenderung lebih tertarik untuk membeli mobil baru dan hanya membawa keluarga inti saja (empat orang) sehingga, city car lah jawabannya (disamping SUV), dengan harganya yang terjangkau, tren citycar pelan tapi pasti akan semakin menggerogoti pasar MPV tujuh tempat duduk yang umumnya lebih diminati oleh generasi babyboomer," kata Yannes.
Lebih lanjut Yannes mengatakan bahwa pabrikan mobil asal China juga akan terus meramaikan pasar otomotif di tahun 2019. Kehadiran Wuling dan DFSK akan membuat persaingan kendaraan roda empat semakin kompetitif, bersama dengan produsen kendaraan asal Jepang, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga: Aktivitas pabrik China menyusut, tahun 2019 diprediksi lebih sulit
Baca juga: Mobil China serbu pasar otomotif Indonesia, Menperin: jadi banyak pilihan
Baca juga: Tujuh tren otomotif 2017
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019