"Pertumbuhan ekspor ditetapkan hanya 7,5 persen. Apa yang ditetapkan lebih pada realita yang akan kita hadapi di tengah ketidakpastian ekonomi seperti yang disampaikan Presiden," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Penutupan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Jakarta, Rabu malam.
Enggar mengatakan penetapan target ekspor ini didasari dengan perkembangan yang terjadi pada perekonomian dunia yang sedang melambat serta berdasarkan proyeksi dari berbagai lembaga dunia, seperti proyeksi IMF dan World Bank.
Menurut data BPS, secara kumulatif, nilai ekspor (migas dan nonmigas) Indonesia Januari–Desember 2018 mencapai 180,06 miliar dolar AS atau meningkat 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun 2017.
Khusus untuk ekspor nonmigas tahun 2018, nilainya mencapai 162,65 miliar dolar AS atau meningkat 6,25 persen dari realisasi ekspor tahun sebelumnya sebesar 153 miliar dolar AS.
"Kami tidak berani untuk menargetkan 'double digit' karena melihat perkembangan ekonomi dunia yang melambat ini," kata Enggar.
Ada pun lima sektor yang menjadi prioritas komoditas ekspor sesuai dengan Industri 4.0 adalah makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik dan kimia.
Enggar menambahkan meski Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan 2018 sebesar 8,57 miliar dolar AS, nilai ekspor bisa tumbuh selama investasi terus dilakukan. ***1***
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019