• Beranda
  • Berita
  • Berharap kesembuhan korban teror di Selandia Baru

Berharap kesembuhan korban teror di Selandia Baru

16 Maret 2019 02:17 WIB
Berharap kesembuhan korban teror di Selandia Baru
Ilustrasi - Warga berduka setelah penembakan di Masjid Al Noor yang menewaskan 40 orang di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/SNPA/Martin Hunter/pras.

Indonesia sangat mengecam keras aksi kekerasan seperti ini. Saya juga menyampaikan duka yang mendalam kepada para korban yang ada dari aksi tersebut

Jumat, 15 Maret 2019, hari tidak terlupakan bagi Handra Yaspita (42) karena harus menerima kenyataan bahwa adiknya, Zulfirman Syah dan anaknya berinisial M, menjadi korban penembakan terhadap jamaah shalat Jumat di Kota Christchurch, Selandia Baru.

Setelah melihat video yang bertebaran di aplikasi pesan Whatsapp grup keluarga melalui telepon pintar, dirinya langsung berinisiatif menelepon adik iparnya yang berada di Selandia Baru untuk memastikan kondisi keluarga yang dicintainya selamat dari aksi teror tersebut.

Ia mendapatkan cerita bahwa masjid tempat terjadinya aksi teror tersebut berada di dekat rumah Zul dan mereka menunaikan shalat di masjid tersebut.

Namun, jawaban yang didapatkannya malah sebaliknya, adiknya, Zulfirman Syah dan anaknya yang tengah melaksanakan ibadah shalat Jumat di Masjid Al Noor Kota Christcurch, Selandia Baru itu ikut terkena semburan peluru dari senapan taktis yang ditembakkan pelaku teror.

Akibatnya, sejumlah peluru bersarang di tubuh Zulfirman Syah dan membuatnya koma, dan dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Dari informasi yang didapatkannya, peluru tersebut bahkan mengenai organ vital tubuh dan membuat paru-parunya bocor.

Sementara itu, anaknya yang masih kecil dan tanpa dosa harus menerima tembakan di bagian kaki dan tangannya. Meski tertembak, anak itu tetap sadar. Namun, kejiwaanya masih terguncang setelah menghadapi peristiwa tersebut.

"Keduanya saat ini di bawah pengawasan tim medis. Kami berdoa agar keduanya segera sehat kembali," kata dia dengan sedikit terisak.

Ia mencoba mengingat kembali ketika adiknya datang ke Kota Padang pada November 2018 bersama keluarganya. Zulfirman Syah merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Sedangkan dirinya anak kelima, dan Zul berada tepat di bawahnya.

Dalam waktu dekat, Zul dan keluarga belum akan pulang ke Kota Padang karena mereka baru saja berpindah ke sana. Handra menyebut kemungkinan setelah beberapa tahun menetap di sana, mereka akan pulang kampung di Kota Padang itu.

Zul merupakan seorang pekerja seni yang menikahi perempuan berkewarganegaraan Amerika Serikat Alta Marie pada 2015. Mereka kemudian menetap di Kota Yogyakarta. Pada November 2018, dia datang ke Kota Padang menemui orang tuanya untuk berpamitan pindah ke Selandia Baru. Dia hendak melanjutkan hidup di negeri itu dengan tetap menggeluti dunia seni.

Setelah mendapatkan izin, mereka kembali ke Yogyakarta untuk mengurus kepindahan ke negara yang berada di Benua Australia tersebut. Handra menyebutkan mereka sekeluarga baru dua bulan berada di Selandia Baru hingga peristiwa naas itu.

Hingga saat ini, Handra belum berani mengabarkan kejadian ini kepada kedua orang tuanya karena khawatir hal yang buruk terjadi pada orang tua mereka saat usia senjanya.

"Kami mohon kepada awak media tidak usah datang ke rumah, kami khawatir orang tua kami terguncang," kata dia meminta pengertian.

Dirinya selalu berkomunikasi dengan adik iparnya untuk mengetahui kondisi terkini Zulfirman Syah dan anaknya. Beberapa jam berselang setelah informasi awal, dirinya kembali mendapat informasi bahwa adiknya masih belum sadar namun kondisinya sudah stabil setelah menjalani serangkaian operasi.

Begitu juga dengan keponakan yang ikut menjadi korban sudah mulai pulih kembali. Dirinya hanya mampu mengirimkan doa agar adiknya dapat sembuh kembali seperti sedia kala.

Selain itu, ia penuh harap kepada pemerintah untuk dapat memfasilitasi dirinya dan keluarga berangkat ke Selandia Baru untuk bertemu dengan adiknya yang tengah dirawat. Dia akan mencoba melaporkan hal ini kepada Gubernur Sumatera Barat agar dapat segera bertemu keluarga mereka di sana.

"Kami telah mengantongi nomor Kementerian Luar Negeri dan KBRI namun hingga saat ini belum kita hubungi," katanya.

Sebagai keluarga korban, dia berharap pemerintah Selandia Baru dapat menghukum pelaku dengan seberat-beratnya karena aksi teror tersebut.

Ia menyerahkan hal ini kepada pihak yang berwajib untuk mengurus persoalan tersebut. Hal yang paling penting untuk dirinya adalah adiknya sehat kembali beserta anak dan istrinya berkumpul dengan keluarga.

"Kalau bisa adik saya dipulangkan saja ke Indonesia agar dapat berkumpul dengan keluarga yang ada di sini," katanya.

Sebanyak dua warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban dalam aksi teror penembakan massal yang terjadi di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3), pukul 13.40 waktu setempat.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengatakan pihaknya baru menerima informasi bahwa terdapat dua WNI yang menjadi korban dalam peristiwa penembakan di masjid di Kota Christchurch itu.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh KBRI di Wellington dari kelompok WNI di Christchurch, bahwa dua WNI yang tertembak dalam peristiwa tersebut adalah seorang ayah dan anaknya. Keduanya sekarang masih mendapatkan perawatan di Christchurch Public Hospital.

"Ayahnya saat ini dirawat di ruang ICU dan anaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama tetapi di ruang perawatan biasa," ujar dia

Sebanyak 40 orang tewas dan lebih dari 20 lainnya luka parah dalam aksi penembakan di dua masjid di Selandia Baru pada Jumat (15/3) yang disebut Perdana Menteri Jacinda Ardern sebagai serangan teroris.

Pembunuhan oleh sedikitnya seorang pria bersenjata itu dilakukan saat shalat Jumat berlangsung di Kota Christchurch. Hal itu merupakan penembakan massal terburuk di negara itu dan dikutuk di seluruh wilayah Asia dan dunia.

"Kami mendapat laporan bahwa 40 orang meninggal dalam aksi kekerasan ekstrim ini," kata Ardern.

                                                                        Kutuk

Presiden Joko Widodo mengecam keras aksi kekerasan berupa penembakan yang terjadi di dua masjid di Selandia Baru itu.

"Indonesia sangat mengecam keras aksi kekerasan seperti ini. Saya juga menyampaikan duka yang mendalam kepada para korban yang ada dari aksi tersebut," ujar dia.

Atas kejadian tersebut, Presiden mengimbau warga negara Indonesia yang ada di Selandia Baru untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Semuanya hati-hati dan waspada," ucap dia.

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengutuk penembakan membabi buta di Masjid Al Noor di dekat Hagley Park Kota Christchurch tersebut.

"Kita mengutuk semua aksi teror, apalagi jatuh banyak korban tewas dan terluka. Di antara yang terluka itu ada dua warga Sumbar," katanya

Ia menyebut telah mendapat informasi bahwa ada dua warga Sumbar yang terluka akibat teror tersebut dan sekarang sedang mendapat perawatan medis.

"Kita berdoa untuk semua korban, dan mudah-mudahan keluarga diberikan kekuatan," ujarnya.

 

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019