Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik mengatakan, program itu merupakan investasi yang dilakukan Bekraf untuk meningkatkan kapasitas pembuat film dokumenter Indonesia dan menghubungkan film dokumenter Asia Tenggara dengan pasar internasional.
"Pemerintah membantu menyediakan jalan supaya mereka bisa berkibar," kata Ricky Joseph Pesik dalam jumpa pers di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa.
Program inkubasi ini memiliki tiga fokus, yaitu story telling, editing, dan creative producing. Tujuannya tak lain untuk memperkuat kemampuan produser di Indonesia dan Asia Tenggara sehingga bisa berkompetisi lebih kuat di dunia internasional.
Beberapa alumni dari program Docs By The Sea telah membuktikan kualitasnya di dunia internasional, seperti film dokumenter berjudul "Diary of Cattle" karya dua sineas muda asal Padang David Darmadi dan Lidia Afrilita.
Film tersebut berhasil diputar dalam festival film dokumenter dunia Visions du Reel pada tanggal 11 April 2019 di Nyon, Swiss.
"Diary of Cattle" merupakan alumni Docs By The Sea tahun 2018 yang mengambil tema lingkungan. Film dokumenter ini mengajak penonton untuk melihat kehidupan sapi-sapi yang setiap hari hidup di tempat pembuangan sampah di kota Padang.
Selain itu, ada juga film dokumenter berjudul "The Flame" yang bercerita mengenai seorang petani yang ingin mempertahankan lahannya. Film karya sineas Makassar Arfan Sabran itu terpilih menjadi salah satu dari 10 proyek dokumenter yang dipresentasikan kepada pasar dunia di festival Visions du Reel.
Baca juga: Bekraf: perkembangan industri kreatif cukup pesat
Baca juga: Bekraf : film memiliki efek multiplier yang baik
Pewarta: Peserta Susdape XIX/Yogi Rachman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019