Seorang pasien difteri meninggal dunia dan lima lainnya dinyatakan sembuh setelah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUDZA) Banda Aceh sepanjang 2019.Penyebab lain karena seseorang tidak mendapat imunisasi lengkap, sehingga memiliki kekebalan tubuh terhadap kuman difteri. Saat kuman masuk ke tubuh, langsung terjangkit difteri
"Ada enam pasien difteri yang dirawat di RSUDZA sejak Januari lalu. Lima pasien dinyatakan sembuh dan sudah pulang, seorang pasien meninggal dunia," kata Rihan, dokter konsultan infeksi dan penyakit tropik RSUDZA Banda Aceh, di Banda Aceh, Kamis.
Pasien meninggal dunia berusia dua tahun, rujukan dari Kabupaten Aceh Utara. Ia masuk RSUDZA dalam kondisinya sudah sangat parah. Pasien juga sudah mengalami komplikasi.
Pasien, kata dia, komplikasinya sudah sampai ke sumbatan jalan napas. Pasien sesak napas sehingga harus dibantu trakeostomi, lehernya dilubangi supaya bisa bernapas.
"Kami berkoordinasi dengan dokter THT dan melakukan operasi membuat lubang pernapasan di lehernya. Kondisi pasien saat dibawa memang sudah sangat berat, sehingga nyawanya tidak tertolong," kata dia
Sebanyak lima pasien yang dinyatakan sembuh, di antaranya dia orang dari Banda Aceh, dua orang dari Aceh Barat, seorang dari Aceh Besar.
Rihan menyebutkan satu kasus difteri sudah dianggap kejadian luar biasa, sedangkan di Aceh sudah begitu banyak kasus difteri sejak beberapa tahun terakhir.
"Di 2018, kami lumayan banyak menangani kasus difteri, dalam satu tahun ada 45 kasus. Januari hingga Mei 2018 saja ada 27 kasus difteri. Alhamdulillah tidak ada yang meninggal dunia," kata dia.
Penularan difteri bisa melalui percikan air ludah dari orang yang menderita. Di pemukiman padat penduduk, penyakit difteri gampang menular kepada orang lain.
"Penyebab lain karena seseorang tidak mendapat imunisasi lengkap, sehingga memiliki kekebalan tubuh terhadap kuman difteri. Saat kuman masuk ke tubuh, langsung terjangkit difteri," kata Rihan.
Pewarta: M. Haris Setiady Agus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019