"Mungkin ada kesempatan jangka panjang, tapi lebih dari itu, sulit untuk berkomentar untuk saat ini," kata CEO Nokia, Rajeev Suri, dikutip dari Reuters, Rabu, ketika menjawab soal masalah aturan yang dihadapi Huawei.
Suri menyadari mereka memang terlambat masuk ke industri 5G dan harus mengejar ketinggalan. Penyebabnya antara lain menggabungkan manufaktur teknologi milik Nokia dengan pabrik hasil akuisisi Alcatel-Lucent.
"Kami terlambat dalam hal 5G, dalam hitungan beberapa minggu dan beberapa bulan," kata Suri saat rapat tahunan dengan pemegang saham.
Baca juga: Honor 20 tetap dapat layanan Google
Nokia saat ini sudah mendapatkan satu kontrak tambahan untuk 5G sejak laporan kuartal pertama pada April lalu.
"Kami memenangkan tender dan mengeluarkan beberapa jaringan 5G pertama di dunia," kata dia.
Saat ini Nokia mendapatkan 35 kontrak 5G komersial, 20 diantaranya dengan perusahaan besar antara lain T-Mobile, AT&T, STC dan Telia.
Para ahli berpendapat Nokia dan Ericsson akan mendapatkan keuntungan dari ketegangan AS dengan Huawei. Huawei saat ini merupakan salas satu pemasok terbesar dalam teknologi jaringan seluler.
Baca juga: Ericsson: masyarakat ingin jaringan 5G segera hadir
Baca juga: Mitos dan fakta seputar jaringan 5G
Baca juga: Gandeng Qualcomm, Nokia bakal punya ponsel 5G?
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019