Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menggelar tasyakuran ngaruat diri dan khitanan massal di wilayah Kecamatan Purwasari, Kabupaten Karawang, menyusul pertemuan Joko Widodo dengan Prabowo Subianto di Jakarta.Momen pertemuan Jokowi-Prabowo harus disyukuri
"Momen pertemuan Jokowi-Prabowo harus disyukuri. Puncaknya saya gelar kenduri dengan kegiatan ngaruat diri empat dalang dan khitanan sebanyak 206 anak," katanya, di Karawang, Sabtu.
Ia mengatakan, momen pertemuan itu merupakan hal yang harus diapresiasi dan disyukuri karena telah selesainya kegiatan politik Indonesia yang cukup menegangkan.
Dikatakannya, wujud syukuran ke dalam sebuah kegiatan seni Gotong Singa dan gelaran empat dalang Wayang Golek, yakni dalang Dadan Sunandar Sunarya, dalang Wawan Dede Amung, dalang Apep Hudaya dan dalang Yudhistira Manunggaling Hurip.
Baca juga: Merunut kronologi momen pertemuan Jokowi dan Prabowo
"Kegiatan seni, Gotong Singa yang mencerminkan kalau bangsa ini harus di gotong secara bersama-sama. Kemudian nanti pagelaran empat dalang sesungguhnya adalah sebuah peristiwa budaya karena hari ini ada pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo," kata Dedi.
Ia menyampaikan, dengan momen pertemuan Prabowo dan Jokowi itu membuat banyak orang bahagia serta sedikit orang yang kecewa. Apalagi dengan momen pertemuan itu bisa menurunkan ketegangan politik di Indonesia
Dedi mengatakan, pertemuan dua orang itu ada dampak positif bagi masyarakat, di antaranya ketentraman bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ada ketentraman para pelaku ekonomi, masyarakat secara umum.
Baca juga: Erick Thohir: Ini saat yang tepat bersatu dan bergotong-royong
"Karena orang Indonesia itu senang damai, tentram walaupun misalnya di media sosial ada yang kecewa. Hal itu biasa, terpenting dampaknya sangat baik buat Indonesia," ungkapnya.
Adapun ramainya terkait posisi partai politik, Dedi menegaskan bahwa oposisi atau bukan tidak harus dipermasalahkan.
Sebab itu hal biasa, karena yang terpenting momen pertemuan tersebut menjelaskan, baik Prabowo maupun Jokowi tidak bermusuhan bahkan keduanya bersahabat.
Baca juga: Makna MRT dan sate dalam pertemuan Jokowi-Prabowo
Jadi, katanya, sudah tidak ada lagi istilah "Cebong" maupun "Kampret" dalam berkehidupan bernegara dan berbangsa.
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019