“Itu menunjukkan bahwa almarhum almaghfurlah adalah milik semua orang, milik bangsa, tidak bisa lagi sekadar diekslusifkan milik kelompok tertentu saja, milik NU saja, lalu orang lain tidak boleh mendoakan,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Hotel Al Tayseer Tower Jarwal, Mekkah, Kamis.
Ia memberikan sambutan dalam acara Silaturahim NU se-Dunia ke-18 yang digelar di Jarwal, Mekkah, dan dihadiri para tokoh, kiai, ulama, dan jamaah nahdliyin.
Lukman mengajak NU dan semua pihak untuk berpikiran terbuka dan berlapang dada serta mengambil keteladanan dari sosok Mbah Moen.
“Semoga semakin banyak orang NU yang mampu meneladani Mbah Moen, dan kita termasuk di dalamnya,” katanya.
Menurut dia, di era tanpa batas seperti sekarang, semua pihak mesti berpikiran terbuka, berlapang dada, dan selalu mengambil ibrah dari setiap peristiwa.
“Dua hari lalu, kita kehilangan guru kita KH Maimoen Zubair. Bukan hanya kita yang bersedih, alam pun turut berduka. Orang-orang dari berbagai kalangan merasa kehilangan sehingga doa terpanjat dari mana saja kiai, jemaah, habib, sampai pendeta,” katanya.
Doa di makam Mbah Moen sempat menjadi kontroversi di Tanah Air maka pada kesempatan itu Menag mengambil kesempatan untuk mengajak semua berpikiran terbuka.
Di acara yang sama pula hadir 8 putra-putri Mbah Moen yang diberikan hak imunitas masuk ke Mekkah oleh Pemerintah Arab Saudi dan mereka berangkat dari Tanah Air pada 7 Agustus 2019.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019