Ratusan peserta upacara peringatan hari ulang tahun ke-62 Provinsi Riau di Kota Pekanbaru terpaksa mengenakan masker medis akibat asap pekat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menyelimuti udara pada Jumat.
Peserta yang terdiri dari aparatur sipil negara, siswa SMA dan perwakilan organisasi masyarakat, terlihat mengenakan masker yang menutupi hidung dan mulut mereka saat mengikuti upacara di halaman kantor Gubernur Riau di Jl. Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru.
Sedangkan para pejabat seperti Gubernur Riau Syamsuar, dan tamu undangan lainnya relatif lebih aman dari paparan asap karena berada di bawah naungan tenda VIP. “Tadi sebelum upacara dari dinas kesehatan bagikan masker untuk peserta,” kata seorang peserta upacara, Delina.
Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Yasir Prayuna, ketika dikonfirmasi ANTARA mengatakan seluruh daerah di Riau diselimuti asap Karhutla dengan intensitas kepekatan yang berbeda-beda. Di Kota Pekanbaru terpantau asap menurunkan jarak pandang hingga tinggal tersisa 2 hingga 3 kilometer pada pukul 09.00 WIB.
“Yang berasap semuanya (Riau) sih, Mas. Yang parah di Dumai (jarak pandang) 2 kilo di jam yang sama, tapi membaik dari jam 7 tadi cuma 1 kilometer,” katanya.
Ia mengatakan hasil pantauan satelit pada pukul 06.00 WIB menunjukkan 49 titik panas yang jadi indikasi awal karhutla di Riau. Lokasi paling banyak di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) sebanyak 17 titik, dan Indragiri Hilir (Inhil) 16 titik. Kemudian di Siak dan Rokan Hilir masing-masing 5 titik, Bengkalis 3 titik, Pelalawan 2 titik, dan Kampar satu titik.
Dari jumlah tersebut dipastikan ada 39 titik api, dengan lokasi terbanyak di Inhil dan Inhu yang masing-masing ada 16 dan 14 titik. Daerah lainnya seperti Siak ada empat titik, Pelalawan dua titik, dan Bengkalis, Kampar dan Rokan Hilir masing-masing satu titik. “Arah angin masih sama dari arah tenggara dan selatan ke utara,” kata Yasir.
Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar dalam pidatonya di upacara peringatan HUT ke-62 Riau menyatakan momen hari jadi Riau ini harus dimaknai untuk mengenang kembali dan untuk melihat wajah Provinsi Riau di masa lalu, kini dan memproyeksikannya ke masa depan.
“Agar kita tidak salah haluan dan tujuan, termasuk untuk menjaga kesimbangan alam dan lingkungan yang menjadi isu strategis di dunia internasional dewasa ini seperti perubahan iklim, global warming, pembangunan berwawasan lingkungan dan lain-lain,” katanya. Karena itu, lanjut Syamsuar, tema peringatan hari jadi Riau tahun ini mengusung tema “Riau Hijau dan Bermartabat”.
“Seiring sejalan dengan perlunya merawat lingkungan sebagai sumber kehidupan manusia, khususnya masyarakat adat yang hidup tunak (betah) di beberapa desa dalam wilayah Provinsi Riau,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK mencatat luas indikatif kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seluas 135.747 hektare sejak Januari hingga Juli 2019.
“Luas Indikatif Karhutla dilakukan melalui perhitungan menggunakan Interpretasi Citra Satelit Landsat OLI/TIRS, yang dihamparkan dengan data sebaran titik panas (hotspot), sampai verifikasi di lapangan dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni,” kata Kepala Seksi Peringatan dan Deteksi Dini, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Eva Famurianty dalam diskusi Pojok Iklim LKHK di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Luas indikatif Karhutla mencapai 135.747 hektare itu terdiri dari lahan gambut sebanyak 31.002 hektare dan lahan mineral 104.746 hektare. Riau jadi provinsi yang mengalami karhutla paling luas yakni 27.635 hektare.*
Baca juga: Kemarau dilanda asap, penghujan dihantam banjir
Baca juga: Polda Riau pulangkan mahasiswa yang protes karhutla
Baca juga: Jarak pandang di Pekanbaru memburuk lagi akibat asap karhutla
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019