Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus gencar melakukan sosialisasi Program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) ke daerah-daerah yang tingkat konsumsi ikannya masih rendah guna mendongkrak konsumsi ikan nasional.Peningkatan konsumsi ikan ini menjadi penting karena kandungan gizi pada ikan mampu mengatasi masalah hambatan pertumbuhan (stunting) yang melanda di beberapa daerah di Indonesia
"Peningkatan konsumsi ikan ini menjadi penting karena kandungan gizi pada ikan mampu mengatasi masalah hambatan pertumbuhan (stunting) yang melanda di beberapa daerah di Indonesia," kata Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut, Aryo Hanggono di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya pada kunjungan kerjanya bersama dengan perwakilan dari Kementerian Pertanian (Kementan), anggota Komisi XI DPR RI dan anggota IV BPK RI Rizal Jalil di Situ Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (7/8), Aryo menyebut, saat ini baru tiga provinsi di Indonesia yang lepas dari masalah stunting.
"Mengonsumsi ikan mampu atasi gizi buruk. Makanya kami akan terus mengajak masyarakat terus makan ikan, terutama daerah yang tingkat konsumsinya masih rendah. Salah satunya di Garut ini," ujarnya.
Mengingat Provinsi Jawa Barat belum terlepas dari masalah stunting, maka kegiatan Safari Gemarikan harus terus dilaksanakan berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Angka konsumsi ikan Kabupaten Garut tahun 2018 sebesar 20,70 kg/kapita (setara ikan utuh segar), masih di bawah angka konsumsi ikan Provinsi Jawa Barat 29,64 kg/kapita bahkan jauh di bawah angka konsumsi ikan nasional yang sebesar 50,69 kg/kapita.
“Bukan hanya Garut, masih banyak daerah yang tingkat konsumsinya rendah. Makanya kami nanti kami akan hadir di sana,” paparnya.
Apalagi, menurut Aryo, di tengah jumlah penduduk yang terus meningkat, sangat penting menjaga ketahanan pangan.
Ikan menjadi salah satu bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional, lanjutnya, oleh karena itu, ketersediaannya harus cukup, baik diperoleh dari perikanan tangkap maupun hasil budidaya.
"Salah satu kegiatan untuk menjaga ketersediaan ikan ya restocking, dengan menebar benih ikan nilam seperti yang baru saja dilakukan di Situ Bagendit ini,” ujarnya.
Sementara itu Bupati Garut, Rudy Gunawan mengungkapkan ikan menjadi bagian penting dari upaya mencerdaskan dan meningkatkan gizi anak-anak Garut yang saat ini jumlahnya mencapai 400 ribu jiwa dari total jumlah 2,7 juta penduduk Garut.
“Bila ini (upaya peningkatan konsumsi ikan) terus dilaksanakan maka akan tercipta generasi emas pada tahun 2045 mendatang,” katanya.
Pada kunjungan kerja tersebut, KKP memberikan bantuan senilai Rp44,6 miliar dengan rincian Rp41,2 miliar untuk pengembangan perikanan tangkap, Rp777 juta di bidang perikanan budidaya.
Kemudian, Rp1,4 miliar untuk penguatan daya saing, Rp142 juta untuk riset dan pengembangan sumber daya manusia, dan Rp150 juta bantuan permodalan melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP).
Bantuan kapal di dibawah 5 GT dan alat penangkapan ikan gillnet untuk mendukung peningkatan produksi perikanan tangkap dengan mengutamakan kelestarian sumber daya ikan melalui penggunaan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
Selain itu sarana distribusi dan sistem rantai dingin untuk mempertahankan mutu kesegaran dalam bentuk kendaraan berpendingin, chest freezer, dan ice flake machine.
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019