Harga minyak naik lebih dari satu dolar AS per barel pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung oleh penurunan persediaan Eropa dan pengurangan produksi OPEC, meskipun Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan pertumbuhan permintaan pada titik terendah sejak krisis keuangan 2008.Meskipun ada pemotongan lebih lanjut dalam pertumbuhan permintaan minyak oleh IEA, harga minyak diperdagangkan sedikit lebih tinggi karena pemotongan pertumbuhan permintaan sudah diumumkan sebelumnya oleh Kepala IEA dan agensi masih memperkirakan pen
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober naik 1,15 dolar AS atau 2,0 persen menjadi ditutup pada 58,53 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September menguat 1,96 dolar AS atau 3,7 persen, menjadi menetap di 54,50 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
"Meskipun ada pemotongan lebih lanjut dalam pertumbuhan permintaan minyak oleh IEA, harga minyak diperdagangkan sedikit lebih tinggi karena pemotongan pertumbuhan permintaan sudah diumumkan sebelumnya oleh Kepala IEA dan agensi masih memperkirakan penarikan persediaan yang lebih besar untuk paruh kedua tahun ini," kata analis UBS. Giovanni Staunovo.
IEA mengatakan permintaan minyak global hingga Mei dari Januari tumbuh paling lambat sejak 2008, terluka oleh meningkatnya tanda-tanda perlambatan ekonomi dan peningkatan perang perdagangan AS-China.
Harga minyak naik setelah data Euroilstock menunjukkan total persediaan minyak mentah dan produk dari 16 negara Eropa pada Juli sedikit lebih rendah dari pada Juni. Namun harga minyak mentah telah kehilangan sekitar 20 persen dari puncak 2019 yang dicapai pada April.
Untuk minggu ini, Brent kehilangan lebih dari lima persen, sementara WTI turun sekitar dua persen, setelah pasar minggu ini terbebani oleh peningkatan tak terduga dalam stok minyak mentah AS dan di tengah kekhawatiran melambatnya permintaan akibat perang dagang China-AS semakin dalam.
Meskipun terjadi penurunan mingguan, hedge fund meningkatkan posisi opsi dan net long minyak mentah AS mereka pada minggu yang berakhir 6 Agustus, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada Jumat (9/8/2019).
Kementerian energi Rusia mengatakan perkiraan IEA sebagian besar sejalan dengan perkiraannya sendiri dan bahwa Moskow telah memperhitungkan kemungkinan perlambatan permintaan minyak ketika memperpanjang kesepakatan pengurangan produksi dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Arab Saudi, pemimpin OPEC secara de facto, berencana untuk mempertahankan ekspor minyak mentahnya di bawah tujuh juta barel per hari (bph) pada Agustus dan September untuk membawa pasar kembali seimbang dan membantu menyerap persediaan minyak global, seorang pejabat minyak Saudi mengatakan pada Rabu (7/8/2019).
"Saudi tampaknya melipatgandakan upaya mereka untuk membatasi pasokan global, sebagai tanggapan atas aksi jual minggu ini," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management.
Namun, produksi minyak di Rusia naik menjadi 11,32 juta barel per hari pada 1-8 Agustus, naik dari rata-rata 11,15 juta barel per hari pada Juli, dua sumber industri yang mengetahui data kementerian energi mengatakan kepada Reuters.
Level ini lebih tinggi dari komitmen Moskow berdasarkan perjanjian pembatasan produksi dengan OPEC.
OPEC, Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Juli untuk memperpanjang pengurangan pasokan hingga Maret 2020 guna mendorong harga minyak.
Perusahaan-perusahaan energi AS pekan ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi selama enam minggu berturut-turut, mengurang enam rig dan membuat jumlah total turun menjadi 764 rig, terendah sejak Februari 2018, perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes mengatakan pada Jumat (9/8/2019).
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019