Pebalap nasional Projo Waseso mengaku penasaran dengan Yellow Jersey atau pemuncak klasemen balapan internasional Tour d'Indonesia (TdI) 2019, karena pada balapan yang sama musim lalu harapan yang sudah di depan mata pupus jelang finis etape pertama.
"Etape pertama TdI 2019 akan finis di Ngawi seperti tahun lalu. Untuk saat ini saya sudah mengetahui karakter lintasan jelang finis. Jadi tidak kayak tahun lalu yang salah memprediksi," kata Projo Waseso di sela launching timnas untuk TdI 2019 di kawasan SCBD Jakarta, Sabtu.
Pada etape pertama TdI 2018 yang finis di Ngawi, Projo Waseso yang saat itu juga memperkuat timnas harus puas di posisi kedua meski peluang untuk menjadi juara terbuka. Hal tersebut terjadi karena pebalap asal Kalimantan Timur itu salah memprediksi lokasi finis.
"Saya terlalu cepat break, padahal finis masih jauh. Untuk tahun ini sudah lebih siap dan saya sudah hafal dengan karakteristiknya. Setelah belok, 300 meter lagi finis," kata pebalap dengan spesialis sprinter itu.
Dengan menjadi juara di etape pertama yang start dari Candi Borobudur Jawa Tengah dan finis di Ngawi dengan jarak tempuh 178 km, jelas sang pemenang bakal menggunakan Yellow Jersey pada etape berikutnya.
Bagi Projo, etape pertama TdI 2019 sesuai dengan karaternya, yaitu seorang sprinter. Etape ini didominasi dengan lintasan datar. Bisa dipastikan pebalap akan berada dalam rombongan besar hingga menjelang finis. Persaingan masuk finis bakal ketat karena dengan kecepatan tinggi.
"Peluang untuk podium memang di etape pertama dan ketiga. Untuk etape ketiga akan finis di Jember. Saya tau di sana ada turunan yang panjang dan lima kilometer jelang finis jalanan datar. Kerja tim sangat dibutuhkan agar target bisa tercapai.
Timnas Indonesia pada TdI 2019 diperkuat lima pebalap. Selain Projo Waseso ada nama Hari Fitrianto, Bernard Benyamin Van Aert, dan Delton Nur Arif Prayogo. Untuk satu posisi inti akan diperebutkan antara Warseno dan Woro Fitriyanto.
Meski punya peluang di etape pertama dan kedua, Projo mengaku akan tetap berusaha di etape dua, etape empat dan etape lima. Khusus etape dua dari Madiun menuju Batu dengan jarak tempuh 157,7km, Projo mengaku cukup mengetahui karakter lintasan meski terdapat tanjakan.
"Sejak junior saya sudah berlatih di sana (Batu). Sedikit banyak saya masih hafal jalan di sana. Untuk etape empat (Jember-Banyuwangi) dan etape lima (Gilimanuk-Bangli) saya juga akan berusaha," kata pebalap yang sudah kenyang pengalaman ini.
Harapan Projo Waseso untuk memegang Yellow Jersey bukan perkara mudah karena pada balapan dengan level 2.1 UCI bakal diikuti pebalap terbaik dari kawasan Asia dan Afrika, termasuk sang juara bertahan Ariya Phounsavath dari Thailand Continental Cycling Team (THA).
Selain itu, ada pebalap dari PGN Road Cycling Team (INA), KFC Cycling Team (INA), Customs Cycling Indonesia (INA), Team Sapura Cycling (MAS), Terengganu Inc. TSG Cycling Team, Brunei Darussalam Continental Team (BRU), Vino-Astana Motors (KAZ), Indonesian National Team, UAE National Team dan Iran National Team.
Bagi pebalap Indonesia, Yellow Jersey TdI 2019 memang sebuah target yang dikejar. Apalagi sejak nama Tour d'Indonesia digelar, baru satu nama yang sukses merebut juara atau pemegang Yellow Jersey, yaitu Erwin Jaya pada 2010. Saat itu Erwin memperkuat tin Polygon Sweet Nice (PSN) Surabaya.
Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019