Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengapresiasi falsafah tawaf yang disampaikan Khatib Shalat Idul Adha Masjid Agung Sunda Kelapa, Andi Adrus, Minggu pagi.Ketika darah manusia berhenti ‘tawaf’, itu artinya kematian. Ketika alam semesta berhenti ‘tawaf’, itu artinya kiamat
"Semua memang harus berputar, ekonomi juga enggak boleh berhenti. Harus ‘tawaf’ ekonomi. Informasi juga seperti itu," kata Menteri Rudiantara usai melaksanakan Shalat Idul Adha di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta, Minggu.
Rudiantara mengatakan, kalau informasi satu saja, tidak dapat disebut dengan komunikasi. "Harus ada lawannya komunikasi itu”.
Rudiantara datang bersama istrinya ke Masjid Agung Sunda Kelapa memakai sarung dan kemeja berwarna putih. Namun dirinya tidak menempati posisi depan yang disediakan panitia khusus bagi tamu undangan.
Shalat Idul Adha di Masjid Agung Sunda Kelapa dipimpin oleh imam dari Kota Madinah, Arab Saudi, Syekh Essam Al Mizgagi. Sementara yang bertindak sebagai Khatib adalah Ketua Ikatan Alumni Al-Azhar untuk kawasan timur Indonesia, Andi Adrus.
Andi menyampaikan kalau alam semesta ini seluruhnya bergerak ”tawaf”. Tawaf juga merupakan simbol kehidupan, di mana planet-planet sejak diciptakan Allah SWT juga ”tawaf”.
Baca juga: Tradisi Rachel Amanda saat Idul Adha
Darah pun senantiasa “bertawaf”, bergerak dari jantung menuju seluruh penjuru badan, kembali lagi ke jantung. "Ketika darah manusia berhenti ‘tawaf’, itu artinya kematian. Ketika alam semesta berhenti ‘tawaf’, itu artinya kiamat," ujar Andi.
Ekonomi pun demikian, jika hanya dinikmati segelintir orang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, dalam ekonomi juga perlu “tawaf” dari produsen menuju konsumen lalu kembali lagi ke produsen.
“Dari orang kaya ke orang miskin, kembali pula,” lanjutnya.
“Oleh karena itu, dalam setiap hal hendaknya kita senantiasa mengingat Allah dengan cara berzikir. Sebab jika dalam ‘tawafnya’ manusia dalam mencari rezeki dia lupa pada Allah, itu adalah kerugian," ujar Andi.
Andi mengatakan dalam Al quran surat Thaha ayat 124 berbunyi Wa man a’rodho ‘an dzikri, fainna lahuu ma’iisyatan dhonkaa (Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit).
Peringatan itu diperuntukkan bagi manusia agar jangan sampai lupa mengingat Allah dalam melakukan “tawaf” kehidupan. "Karena yang dihitung di akhirat kelak adalah apa yang dimakan, dipakai, dan dibelanjakan di jalan Allah saja. Selebihnya akan ditinggalkan di dunia ini," kata Andi.
Baca juga: Presiden Jokowi sampaikan ucapan selamat Idul Adha 1440 H
Baca juga: Muslim Pontianak shalat di lapangan terbuka meskipun berkabut asap
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019