Ratusan korban gempa dan likuifaksi Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah melangsungkan shalat Idul Adha 1440 Hijriah di masjid permanen, Alfalah.Umat Muslim di daerah tersebut, pertama kali menggunakan Masjid Alfalah itu pada pelaksanaan shalat Idul Fitri tahun 2019 dan kini kembali digunakan untuk pelaksanaan shalat Idul Adha
Masjid Alfalah pada 28 September 2018, rusak terdampak gempa dan pergeseran tanah di desa tersebut. Masjid tersebut dibangun oleh sukarelawan kemanusiaan dan salah satu perusahaan media nasional di Indonesia.
Umat Muslim di daerah tersebut, pertama kali menggunakan Masjid Alfalah itu pada pelaksanaan shalat Idul Fitri tahun 2019 dan kini kembali digunakan untuk pelaksanaan shalat Idul Adha.
Pukul 06.30 WITA korban gempa dan likiufaksi di desa itu dan sekitarnya, berbondong-bondong mendatangai Masjid Alfalah untuk melaksanakan shalat id.
Shalat id dimulai pukul 7.00 WITA, dilanjutkan dengan khutbah Idul Adha.
Khatib menyampaikan topik mengenai hikmah hari raya kurban yang berkorelasi dengan membangun kebersamaan untuk mewujudkan negara yang makmur.
"Idul Adha atau hari raya kurban, sejatinya yang disembelih adalah sifat kebinatangan yang ada pada manusia," ucap khatib.
Sifat-sifat yang harus disembelih atau ditiadakan dalam diri manusia, sebut khatib, adalah ego, serakah, mendzalimi, enggan memaafkan, sombong dan angkuh.
Khatib mengemukakan, Islam lewat para nabi memberikan teladan yang sangat baik untuk diikuti oleh seluruh umat Islam. Salah satu yang patut untuk diteladani yakni, sifat keterbukaan memaafkan dan memberi maaf agar terbangun solidaritas dan kebersamaan untuk bersama-sama membangun negeri.
"Tanpa kebersamaan dan solidaritas sesama manusia, maka negeri yang adil dan makmur sulit untuk di raih," kata khatib dan menambahkan Idul Adha sejatinya merupakan kesinambungan "jalan kesalihan sosial spiritual" dari Idul Fitri.
Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu, katanya, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari ketulusan berkorban, kerendahhatian untuk melakukan refleksi historis dalam mengenang perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail.
Kedua hari raya tersebut, katanya, bermuara pada nilai-nilai kepedulian, ketakwaan, dan kesalehan sosial berupa ketulusan memaafkan, pentingnya silaturahim, dan etos berbagi -- yang disimbolkan dengan zakat fitrah pada Idul Fitri dan daging kurban pada Idul Adha --, di mana keduanya berangkat dari panggilan iman dan berbuah kemanusiaan universal.
"Terutama aktualisasi nilai-nilai hak asasi manusia, seperti dikumandankan Nabi Muhammad SAW dalam khutbah wadanya di saat wukuf di Arafah," kata khatib.
Baca juga: Pemprov Sulteng jamin kesehatan hewan kurban
Baca juga: Sulteng butuh 2.500 sapi kurban
Baca juga: Pasar hewan kurban Palu kian ramai, pembeli datang dari provinsi lain
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019