• Beranda
  • Berita
  • Masjid Alfalah tempat korban gempa-likuefaksi Sigi shalat Idul Adha

Masjid Alfalah tempat korban gempa-likuefaksi Sigi shalat Idul Adha

11 Agustus 2019 16:13 WIB
Masjid Alfalah tempat korban gempa-likuefaksi Sigi shalat Idul Adha
Korban gempa dan likuifaksi mulai berdatangan ke Masjid Alfalah Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulteng, untuk melaksanakan shalat Idul Adha, Ahad (11/8/2019). (FOTO ANTARA/Muhammad Hajiji)

Umat Muslim di daerah tersebut, pertama kali menggunakan Masjid Alfalah itu pada pelaksanaan shalat Idul Fitri tahun 2019 dan kini kembali digunakan untuk pelaksanaan shalat Idul Adha

Ratusan korban gempa dan likuifaksi Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah melangsungkan shalat Idul Adha 1440 Hijriah di masjid permanen, Alfalah.

Masjid Alfalah pada 28 September 2018, rusak terdampak gempa dan pergeseran tanah di desa tersebut. Masjid tersebut dibangun oleh sukarelawan kemanusiaan dan salah satu perusahaan media nasional di Indonesia.

Umat Muslim di daerah tersebut, pertama kali menggunakan Masjid Alfalah itu pada pelaksanaan shalat Idul Fitri tahun 2019 dan kini kembali digunakan untuk pelaksanaan shalat Idul Adha.

Pukul 06.30 WITA korban gempa dan likiufaksi di desa itu dan sekitarnya, berbondong-bondong mendatangai Masjid Alfalah untuk melaksanakan shalat id.

Shalat id dimulai pukul 7.00 WITA, dilanjutkan dengan khutbah Idul Adha.

Khatib menyampaikan topik mengenai hikmah hari raya kurban yang berkorelasi dengan membangun kebersamaan untuk mewujudkan negara yang makmur.

"Idul Adha atau hari raya kurban, sejatinya yang disembelih adalah sifat kebinatangan yang ada pada manusia," ucap khatib.

Sifat-sifat yang harus disembelih atau ditiadakan dalam diri manusia, sebut khatib, adalah ego, serakah, mendzalimi, enggan memaafkan, sombong dan angkuh.

Khatib mengemukakan, Islam lewat para nabi memberikan teladan yang sangat baik untuk diikuti oleh seluruh umat Islam. Salah satu yang patut untuk diteladani yakni, sifat keterbukaan memaafkan dan memberi maaf agar terbangun solidaritas dan kebersamaan untuk bersama-sama membangun negeri.

"Tanpa kebersamaan dan solidaritas sesama manusia, maka negeri yang adil dan makmur sulit untuk di raih," kata khatib dan menambahkan Idul Adha  sejatinya merupakan kesinambungan "jalan kesalihan sosial spiritual" dari Idul Fitri.

Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu, katanya, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari ketulusan berkorban, kerendahhatian untuk melakukan refleksi historis dalam mengenang perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail.

Kedua hari raya tersebut, katanya,  bermuara pada nilai-nilai kepedulian, ketakwaan, dan kesalehan sosial berupa ketulusan memaafkan, pentingnya silaturahim, dan etos berbagi -- yang disimbolkan dengan zakat fitrah pada Idul Fitri dan daging kurban pada Idul Adha --, di mana keduanya berangkat dari panggilan iman dan berbuah kemanusiaan universal.

"Terutama aktualisasi nilai-nilai hak asasi manusia, seperti dikumandankan Nabi Muhammad SAW dalam khutbah wadanya di saat wukuf di Arafah," kata khatib.

Baca juga: Pemprov Sulteng jamin kesehatan hewan kurban

Baca juga: Sulteng butuh 2.500 sapi kurban


Baca juga: Pasar hewan kurban Palu kian ramai, pembeli datang dari provinsi lain
Korban gempa dan likuifaksi mulai berdatangan ke Masjid Alfalah Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulteng, untuk melaksanakan shalat Idul Adha 1440 H, Ahad (11/8/2019). (FOTO ANTARA/Muhammad Hajiji)

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019