Imran mengatakan di Jakarta, Senin, petugas kesehatan tetap memberikan pelayanan secara normal di tengah dampak karhutla dengan peningkatan antisipasi pencegahan efek langsung dari asap kebakaran.
"Dari sisi pelayanan kesehatan kita tetap siap, tentunya juga menggunakan masker yang aman untuk petugas. Kemudian dalam melakukan pelayanan tetap berjalan walau dengan beberapa kriteria," kata Imran.
Dia menjelaskan petugas kesehatan akan meminimalkan berbagai bentuk kegiatan yang berada di luar ruangan untuk meminimalkan paparan asap karhutla.
Secara umum, Imran mengatakan dampak langsung yang paling sering dialami oleh masyarakat terdampak asap karhutla adalah iritasi pada mata dan saluran pernapasan atas. Masyarakat yang terpapar asap akibat kebakaran hutan akan mengalami perih pada mata karena iritasi dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). "Kemudian yang punya riwayat asma, khsususnya untuk lansia bisa terpicu asmanya," kata dia.
Imran memberikan penekanan khusus pada kelompok masyarakat rentan seperti ibu hamil, balita, dan lansia yang bisa lebih mudah terdampak asap karhutla.
Dia menyarankan agar kelompok masyarakat rentan tersebut menghindari paparan asap dengan tidak keluar rumah dan berharap pemerintah daerah bisa menyiapkan masker untuk masyarakatnya dalam upaya meminimalkan dampak asap karhutla. Kementerian Kesehatan siap memasok logisitik berupa masker apabila pemerintah daerah memerlukan.
"Mungkin juga nanti diperlukan penjernihan udara dalam ruang, tugas Kemenkes juga memang terkait kualitas udara di dalam ruang," kata dia.
Baca juga: PMI siapkan ruangan bebas asap untuk warga terdampak karhutla
Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat terdampak karhutla hindari keluar ruangan
Baca juga: Tiga daerah di Sumut terdampak asap karhutla Riau
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019